Duh, Tidur Hanya Beralaskan Tikar, Adakah Semeton yang Tersentuh Untuk Membantu Dua Anak Ini?
Ayahnya, I Ketut Lepir, meninggal dunia dua hari lalu lantaran menderita kanker stadium empat
Penulis: Saiful Rohim | Editor: Aloisius H Manggol
TRIBUN-BALI.COM, AMLAPURA- Ditengah kebun salak di Banjar Tihingan Kauh, Desa / Kecamatan Bebandem hidup dua orang anak yatim piatu yang serba kekurangan. Dua orang tuanya telah meninggal.
Kedua anak itu yakni I Komang Gede Suarjana (14) kelas VII SMP, dan kakaknya Ni Putu Suniati (19) yang baru tamat SMA beberapa bulan lalu.
Kedua anak tersebut asli dari Tihingan Kauh, Desa Bebandem.
Baca: Tubuh Nyoman Wulandari Tiba-tiba Roboh, Terbukti Lakukan Ini Bareng Kekasih
Baca: TERKUAK, Berawal dari Pertemuan di Pantai, Hingga Bocah SD Ini Hamili Siswi SMP
Ayahnya, I Ketut Lepir, meninggal dunia dua hari lalu lantaran menderita kanker stadium empat.
Rencananya akan dimakamkan hari ini.
Sedangkan ibunya, Ni Wayan Luh Asih, meninggal dua tahun lalu.
Ditemui Tribun Bali, Kamis (24/5/2018), kedua anak ini tampak hidup sederhana.
Rumah semi permanen.
Kondisi di dalam rumah berantakan, kotor.
Tidak ada barang seperti almari, ataupun kasur.
Baca: Sebelum Terjadi Serangan Bom di Surabaya, Umar Patek Sampaikan Pesan Ini ke Densus 88
Baca: VIRAL! Tatapan Tajam Kate Middleton ke Istri Pangeran Charles, Cara Bermartabat Untuk Tegur Camilla
Ukuran kamar 3 x 3 meter, beralas tanah.
Saat tidur, 2 anak ini memakai tikar robek berukuran 2 x 1 meter tanpa bantal.
Saat malam hari kedua anak ini harus siap kedinginan karena hanya beralaskan tikar.
Komang Gede Suarjana mengaku, kebiasaan ini telah lama dilaluinya.
Sebelum dapat bedah rumah, bersama sang ayah mereka tidur di gubuk beralaskan tikar.
Memasak harus di luar, depan rumah dengan kayu bakar.
Untuk kebutuhan sehari-hari mereka mengaku dapat bantuan dari keluarga dan tetangga.
Putu Suniati berjanji akan berusaha mencari pekerjaan untuk bisa penuhi kebutuhan sehari-hari, dan membiayai sekolah Suarjana.
"Saat Bapak ada, dia yang menanggung semua. Sekarang karena tidak ada, otomatis saya yang mengambil alih tanggung jawabnya. Sekarang saya mau cari kerjaan di Karangasem," kata Putu Suniati.
Sepupu Putu Suniati, Komang Tengah Darmika, mengaku kasihan dengan kondisi 2 anak.
Pihaknya berharap ada bantuan untuk mereka.
Setidaknya bisa untuk penuhi kebutuhan pokok tiap harinya.
"Mereka ingin hidup mandiri. Ni Putu Suniati katanya akan cari kerjaan. Tapi kita akan tetap memantau. Kalau tidak ada makanan kita pasti akan membantu," janjinya.
Perbekel Bebandem, Gede Partadana menjelaskan, keluarga Ni Putu Suniati serta Komang Gede Suarjana masuk kategori keluarga miskin.
Mereka telah menerima program bedah rumah dan rastra.(*)