Melarat di Pulau Surga
Kisah Pilu Ni Putu Suniati dan Adiknya Tidur Hanya Beralaskan Tikar Robek, Sebut Ingin Mandiri
Di tengah sebuah kebun salak di Banjar Tihingan Kauh, Desa/Kecamatan Bebandem, Karangasem, hidup dua anak yatim piatu
Penulis: Saiful Rohim | Editor: Ady Sucipto
TRIBUN-BALI.COM, AMLAPURA - Di tengah sebuah kebun salak di Banjar Tihingan Kauh, Desa/Kecamatan Bebandem, Karangasem, hidup dua anak yatim piatu dalam keadaan serba kekurangan.
Ke dua kakak beradik itu adalah Ni Putu Suniati (19) yang baru tamat SMA, dan I Komang Gede Suarjana (14), kelas VII SMP.
Ayah mereka, I Ketut Lepir, meninggal dunia 3 hari lalu lantaran menderita kanker stadium empat. Jenazah Ketut Lepir telah dimakamkan Kamis (24/5).
Sedangkan ibu mereka, Ni Wayan Luh Asih, telah berpulang dua tahun lalu. Kini mereka pun harus berjuang sendiri.
Saat ditemui Tribun Bali, Kamis (24/5), tampak rumah mereka dalam keadaan berantakan dan kotor. Dapat dikata tidak ada barang berharga, bahkan kasur dan almari sekalipun.
Bangunan rumah yang semi permanen itu berukuran 3 x 3 meter dan beralaskan tanah. Saat tidur, mereka hanya menggunakan tikar robek ukuran 2 x 1 meter tanpa bantal.
Saat malam hari pun mereka harus kuat menahan dingin.
Suarjana mengaku kehidupan seperti ini sudah lama dilaluinya. Sebelum mendapat bantuan bedah rumah, ia dan ayahnya tidur di gubuk beralaskan tikar. Mereka memasak di depan rumah menggunakan kayu bakar.
Keluarga dan tetangga kerap membantu untuk memenuhi keperluan sehari-hari mereka. Putu Suniati berjanji akan berusaha mencari pekerjaan agar bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari dan membiayai sekolah adiknya.
"Saat bapak ada, dia yang menanggung semua. Sekarang otomatis saya yang mengambil alih tanggung jawabnya. Saya mau cari kerjaan di Karangasem," kata Putu Suniati.
Sepupu Putu Suniati, Komang Tengah Darmika, mengaku kasihan dengan kondisi mereka. Pihaknya berharap ada bantuan setidaknya bisa untuk memenuhi kebutuhan pokok setiap harinya.
"Mereka ingin hidup mandiri. Suniati katanya akan cari kerjaan. Tapi kita akan tetap memantau. Kalau tidak ada makanan kita pasti akan membantu," janjinya.
Perbekel Bebandem, Gede Partadana menjelaskan, keluarga Suniati dan Suarjana termasuk kategori Kepala Keluarga (KK) miskin. Mereka sudah mendapatkan bedah rumah dan rastra.
"Kasihan mereka. Apalagi adiknya sekolah,"kata Parta.
Di Desa Bebandem, jumlah KK miskin sebanyak 375 KK dari total 3.900 KK. Sedangkan di Banjar Tihingan Kauh jumlah KK miskin sebanyak 65 KK. Dari jumlah tersebut, ada yang sudah dibantu, tapi ada juga yang belum.