Dua Gong Digabungkan Hasilkan Gambelan Baru, Sekaa Gong Taruna Mekar Tampilkan Tetabuhan Unik

Duta Kabupaten Gianyar berkesempatan menampilkan Gambelan Gong Gede Saih Pitu dalam gelaran Bali Mandara Mahalango ke-5 tahun 2018

Penulis: Wema Satya Dinata | Editor: Irma Budiarti
Tribun Bali/Wema Satya Dinata
Penampilan Sekaa Gong Taruna Mekar, Banjar Kebon Singapadu, Kecamatan Sukawati duta Kabupaten Gianyar yang membawakan tetabuhan saih pitu, di Kalangan Ayodya, Taman Budaya Denpasar, pada Minggu (26/8/2018). 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Sekaa Gong Taruna Mekar, Banjar Kebon Singapadu, Kecamatan Sukawati, Duta Kabupaten Gianyar berkesempatan menampilkan Gambelan Gong Gede Saih Pitu dalam gelaran Bali Mandara Mahalango ke-5 tahun 2018, di Kalangan Ayodya, Taman Budaya Denpasar, pada Minggu (26/8/2018) malam.

Kelian (ketua) sekaa Gong Taruna Mekar, I Nyoman Mada mengatakan, gambelan gong gede saih pitu terlahir dari ide penggabungan dua jenis gambelan, yaitu gambelan golongan tua yang diwakili oleh gong Luang dengan gambelan golongan madya oleh gambelan gong gede, sehingga menjadi gambelan golongan baru yang disebut dengan gambelan gong gede saih pitu.

Mada melanjutkan, nama saih pitu dalam gambelan gong gede memiliki makna sumber bunyi dalam gambelan bali yang bernada tujuh, yaitu lima nada pokok dan dua nada pamero.

Sedangkan, saih dapat diartikan sebagai model, tingkatan ataupun urutan, dan pitu merupakan istilah penamaan angka ke tujuh dari deretan angka-angka Bali.

“Sehingga saih pitu dalam gambelan gong gede saih pitu ini memiliki tujuh tingkatan nada dan tujuh tangga nada, yang dilihat dari tonika nada dasar dalam setiap tangga nadanya,” jelasnya.

Menurut Mada, gambelan ini sangat unik karena mampu memainkan berbagai gaya tetabuhan dalam semua jenis saih dalam laras pelog maupun salendro.

Sambungnya, dalam perkembangannya sebagai bentukan baru, Gong Gede saih pitu di Banjar Kebon Singapadu ini telah memiliki tabuh-tabuh khas saih pitu, yang dikemas dengan nuansa tetabuhan pegongan klasik Bali dengan memanfaatkan keunggulan patet dan laras yang dimilikinya, sehingga gambelan ini tampak istimewa dengan karakter yang khas.

Adapun gambelan-gambelan yang ditampilkan terdiri dari Tabuh dua Galang Bulan, Tabuh telu Lulut, Tabuh Asep Cina, Tabuh Tanah Asih, Tabuh Kembang Rampe, dan Gegilakan.

“Kami diberikan waktu tampil selama 90 menit, dan berusaha akan tampilkan tetabuhan yang khas dan unik,” ujarnya.

Salah satu gambelan unik yang ditampilkan adalah Tabuh Asep Cina, yang mana terinspirasi dari perjalanan pernikahan Bandar Macun dan Ingtai dalam cerita Cina.

“Nuansa Cina tampak kuat dalam tabuh ini, yang digabungkan dengan leluangan Bali menjadikan tabuh ini unik karena sebagai cerminan perpaduan budaya dua peradaban,” ungkapnya. (*)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA
KOMENTAR

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved