Masih Ada Lagi Fenomena Siswi Penari yang Kerauhan, Siwa Murthi Bali Ungkap Penyebabnya Karena Ini

Fenomena kerauhan yang dikaitkan dengan tarian Rejang Sandat Ratu Segara di kawasan wisata Tanah Lot, masih terjadi hingga Senin (27/8) kemarin.

Tribun Bali/I Made Prasetya Aryawan
Suasana di posko sekala niskala di rumah dinas Camat Kediri, Tabanan, Senin (27/8/2018).      

TRIBUN-BALI.COM, TABANAN - Fenomena kerauhan yang dikaitkan dengan tarian Rejang Sandat Ratu Segara di kawasan wisata Tanah Lot, masih terjadi hingga Senin (27/8) kemarin.

Rata-rata siswi yang mengalami kerauhan tersebut merupakan penari Rejang Sandat Ratu Segara.

Namun, Siwa Murthi menyatakan fenomena kerauhan ini disebabkan oleh adanya unsur X yang sudah ada dalam diri sejumlah siswi

Menurut data yang berhasil diperoleh, sebanyak 91 siswi dari beberapa kecamatan di Tabanan seperti dari SMPN 1 Marga, SMPN 2 dan 3 Selemadeg Timur, SMA N 1 Kediri, SMK Gandhi Usada, dan SMPN 4 Baturiti datang untuk berobat karena kerauhan ke posko sekala niskala yang dibuka sejak Jumat (24/8) lalu.

Baca : 2 Periode Pimpin Bali Selasa Besok Pastika Sudah Bukan Gubernur Bali, Begini Komentarnya
 

Baca : Sabet Emas, Pesilat Asal Bali Komang Harik Beberkan Kunci Tumbangkan Lawan Beratnya dari Malaysia
 

Pada hari pertama posko dibuka, jumlah siswi yang datang sebanyak 10 orang, hari kedua 63 orang, dan di hari keempat ada 18 orang siswi yang berasal dari SMPN 4 Baturiti. Namun, dari jumlah tersebut, ada siswi yang datang dua kali. 

Kepala SMPN 4 Baruriti, I Ketut Sutrisna menyatakan bahwa siswi yang mengalami kerauhan terjadi sebelum pementasan Rejang Sandat.

Hal itu disebabkan oleh letak sekolah yang tergolong tenget atau angker. 

"Sebelum pementasan juga sudah ada yang kerauhan karena di sana (sekolah) memang diapit tempatnya oleh tiga pura berbeda," ujar Sutrisna, Senin (27/8). 

Dia menyebutkan, hari ini (kemarin) sebanyak 17 siswinya diajak ke posko untuk mengecek penyebab dari kerauhan tersebut. Dari jumlah tersebut, dua orang diantaranya merupakan penari.

Senin kemarin, kata dia, siswinya terpaksa dibawa ke posko lantaran kembali mengalami kerauhan di sekolah saat usai upacara bendera. 

"Dua orang siswi yang juga penari memang mengalami kerauhan. Namun selain itu, kami juga ajak ke posko untuk dapat mengecek apakah ada gangguan atau gimana," kata Sutrisna.

Ia menambahkan, berdasarkan inisiatif dari sekolah dan orang tua siswa akhirnya disepakati untuk menggelar pecaruan abrumbunan di sekolah, dan dilanjutkan siswa melakukan panglukatan di Pura Luhur Tanah Lot.

"Itu sudah berdasarkan kesepakatan, kami akan menggelar pecaruan dan siswa juga akan malukat," tandasnya. 

Suasana di posko sekala niskala di rumah dinas Camat Kediri, Tabanan, Senin (27/8/2018).
Suasana di posko sekala niskala di rumah dinas Camat Kediri, Tabanan, Senin (27/8/2018). (Tribun Bali/I Made Prasetya Aryawan)

Sementara itu, Ketua Ranting Siwa Murthi Kediri, Jro Mare Astawa menyatakan, bahwa sebagian besar dari siswi yang mengalami kerauhan disebabkan oleh bebai.

"Sudah empat hari, masih ada yang datang ke sini (posko sekala-niskala). Sebagian besar, setelah kami cek, ada unsur non-medis yakni bebai (kekuatan ghaib, red). Itu memang ada unsur non-medis pada siswa itu sendiri. Bahkan, sebelum menari sudah ada gejalanya. Setelah menari, barulah itu kelihatan," katanya. 

Dia menjelaskan, sebagian kerauhan itu disebabkan oleh adanya unsur negatif yang sebelumnya sudah ada pada diri siswi.

Kemudian saat menari ketika ada unsur positif yang masuk,  terjadi vibrasi dan muncullah kerauhan.

"Jadi sebagaian besar ada faktor X atau memang ada unsur negatif dalam tubuh siswi tersebut," jelasnya.

Dia melanjutkan, jika memang tidak ada unsur negatif, tidak mungkin para siswi itu mengalami kerauhan.(*) 

Simak video lengkapnya di bawah ini:

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved