Inem Jogja, Wanita Berdarah Bali yang Pilih jadi "Wong Edan" Penebar Kebaikan
Citra "Inem" di kota Yogyakarta mulai diubah oleh Made Dyah Agustina, yakni menjadi "wong edan" penebar kebaikan
TRIBUN-BALI.COM, YOGYAKARTA - Nama "Inem" terlanjur identik dengan sosok pelayan rumah tangga bertubuh seksi.
Namun, citra "Inem" di kota Yogyakarta mulai diubah oleh Made Dyah Agustina, yakni menjadi "wong edan" penebar kebaikan.
Teriknya Kota Yogya tak menghalangi semangat wanita berdarah Bali ini untuk memakai "topeng Inem" dan membagikan nasi bungkus kepada para pedagang kecil dan mendengarkan keluh kesah mereka.
"Saya bagikan apa yang saya punya. Kalau lagi jadi Inem kan saya selalu bawa tas. Yah, apa yang ada di tas itu saya bagi, ada nasi bungkus dan hal kecil lain yang berguna," ungkapnya.
Tak melulu berupa makanan atau barang, Inem Jogja juga sering menyisihkan waktunya untuk mendengar curhatan para pedagang kecil.
Baca: Tes Kepribadian: Manakah Pola Sidik Jarimu? Coba Cek untuk Ungkap Rahasia Kepribadianmu
Baca: Denpasar Siang Berawan, Malam hingga Dini Hari Diprediksi Diguyur Hujan Ringan
Tak seperti kebanyakan wanita yang berusaha tampil cantik saat akan keluar rumah, Inem ala Yogya ini justru merias wajahnya mirip badut.
Wanita 33 tahun itu kerap dijuluki sebagai orang gila.
Bahkan, ia pernah diusir dan dilempari es batu oleh seorang pedagang karena dianggap membuat takut orang-orang sekitar.
"Waktu di Malioboro diusir (petugas) keamanan. Terus waktu itu juga ada pedagang es teh melempar saya pakai es batu karena dia pikir saya bikin takut pembeli," ungkap Made sambil tertawa.
Namun, hal itu tak menyurutkan langkahnya.
Baginya, lebih baik menjadi orang gila namun memiliki manfaat daripada waras tapi tak berguna.
Tak ada waktu khusus bagi Made untuk berubah menjadi sosok Inem Jogja.
Baca: Tak Takut Dekat dengan Vicky Prasetyo, Anggia Puji Mantan Suami Angel Lelga Sosok Lelaki Sempurna
Baca: 5 Fakta Kematian Taruna ATKP Makassar, Gara-gara Helm hingga Tubuh Penuh Luka Lebam
Ia melakukannya ketika dirinya memiliki waktu luang.
"Saya jadi Inem ini kan untuk mengisi waktu luang. Jadi, seminggu bisa cuma sekali keliling jogja atau kalau emang benar-benar banyak waktu luangnya, yah, bisa seminggu sampai empat kali," tambahnya.
Terinspirasi dari tarian