5 Fakta Kematian Taruna ATKP Makassar, Gara-gara Helm hingga Tubuh Penuh Luka Lebam
Dari hasil penyelidikan polisi, MR diduga telah melakukan penganiayaan kepada korban hanya karena masalah helm
TRIBUN-BALI.COM, MAKASSAR - Polisi telah menetapkan MR (21) sebagai tersangka dalam kasus kematian Aldama Putra Pangkolan (19).
MR adalah kakak senior dari Aldama di Akademi Teknik Keselamatan Penerbangan (ATKP), Makassar.
Dari hasil penyelidikan polisi, MR diduga telah melakukan penganiayaan kepada korban hanya karena masalah helm.
Sementara itu, pihak kampus ATKP Makassar sempat menjelaskan, kematian korban karena terjatuh di kamar mandi.
Namun, pihak keluarga tidak percaya setelah melihat kondisi tubuh korban yang penuh luka lebam.
Polisi tidak menutup kemungkinan akan ada penambahan tersangka dalam kasus tersebut setelah penyelidikan intensif.
Baca fakta lengkapnya berikut ini.
1. Gara-gara helm, Aldama tewas dianiaya kakak seniornya

Kepala Polrestabes Makassar Kombes Polisi Dwi Ariwibowo mengatakan, kasus ini terungkap setelah pihak keluarga curiga dengan kematian korban yang penuh dengan luka lebam.
Baca: Dulu Berpenghasilan Sejuta Dollar, Mantan Model Majalah Vogue Ini Kini jadi Gelandangan
Baca: Adik Jupe Marah Nama Perez Dicatut Muncikari Prostitusi Online
“Jadi korban ini hanya tidak mengenakan helm di dalam kampus sepulang dari Izin Bermalam Luar (IBL) yang dilakukan setiap Sabtu dan Minggu. Pada Minggu malam itu, korban pulang ke kampus dan kedapatan oleh seniornya. Selanjutnya korban dibawa masuk ke dalam sebuah barak dan di situlah dianiaya oleh seniornya,” kata Kepala Polrestabes Makassar Kombes Polisi Dwi Ariwibowo, Minggu (3/2/2019).
Setelah meminta keterangan sekitar 20 saksi dan memeriksa rekaman CCTV, polisi menangkap MR, taruna tingkat 2 ATKP Makassar.
2. Pihak keluarga curiga atas keterangan pihak kampus
Ayah korban, Daniel, masih berduka atas kematian anak tunggalnya.
Saat itu, dirinya mendapat kabar dari salah satu pengasuh di ATKP Makassar.
"Saya ditelepon malam-malam oleh pengasuh anak saya di ATKP, katanya bisa merapat ke RS Sayang Rakyat soalnya anak saya katanya jatuh, jadi awalnya perkiraan saya hanya luka atau patah. Pas saya tiba (di RS Sayang Rakyat) saya disambut pelukan dan berkata, Bapak yang sabar ya... kami sudah berusaha tapi apa daya, di situlah saya langsung seperti tidak bisa berkata-kata lagi karena di pikiran saya, anak saya sudah meninggal," kata Daniel.