Rata-rata 70 Guru Pensiun Tiap Tahun, Bangli Kekurangan 150 Tenaga Pengajar
Kabupaten Bangli masih kekurangan guru yang jumlahnya mencapai 150 orang, rata-rata 70 guru pensiun tiap tahun
Penulis: Muhammad Fredey Mercury | Editor: Widyartha Suryawan
TRIBUN-BALI.COM, BANGLI - Kabupaten Bangli masih kekurangan guru yang jumlahnya mencapai 150 orang. Rata-rata 70 guru pensiun tiap tahun.
Meski demikian, penambahan jumlah kebutuhan guru dari daerah (Guru Tidak Tetap atau GTT) dalam dua tahun terakhir justru tidak dilakukan.
Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Kadisdikpora) Kabupaten Bangli, I Nyoman Suteja mengatakan, kekurangan tenaga pendidik di Bangli utamanya terjadi pada guru kelas, guru olahraga serta guru bimbingan konseling (BK).
"Kebutuhan guru ini tidak hanya terdapat pada satuan pendidikan, melainkan pendataan secara keseluruhan pada 160 TK negeri dan swasta, 164 Sekolah Dasar, serta 30 SMP," ujar dia, Rabu (13/2/2019).
Suteja menjelaskan, secara keseluruhan jumlah guru tetap atau berstatus PNS yakni sebanyak 1.422 tenaga pengajar. Jumlah tersebut terdiri dari 1.066 guru sertivikasi dan 356 yang belum sertifikasi.
Selain itu, pihaknya juga memiliki 679 GTT, serta 488 Pegawai Tidak Tetap (PTT).
“Jadi total keseluruhan SDM yang mendukung sekian sekolah itu 2.589 dari data per bulan Februari 2019,” paparnya.
Sedangkan terkait kekurangan guru, berdasarkan pendataan pihaknya per Bulan Agustus 2018, kebutuhan guru di sejumlah sekolah itu mencapai 150 orang.
Jumlah tersebut belum termasuk guru yang pensiun. Dari data per bulan Desember 2018, jumlahnya mencapai 70 orang.
“Jumlah itu merupakan rata-rata pensiun tiap tahunnya. Ini didasari dari pola pengangkatan. Kalau sekali pengangkatan jumlahnya banyak, nanti pensiunnya pasti akan bersamaan,” katanya.
Dengan rata-rata jumlah pensiun guru mencapai 70 orang, Suteja mengatakan dalam renstra (Rencana Strategis), tiap tahun pihaknya telah merancang rekrutmen sebanyak 100 GTT.
Namun demikian, perekrutan GTT hanya sempat dilaksanakan sekali, yakni pada tahun 2016 lalu dengan jumlah kuota sebanyak 350 orang.
“Sebetulnya kalau sesuai renstra tiap tahun ada 100, ini kan sudah dua tahun. Jika kekurangan 150 orang guru ditambah dengan 70 yang pensiun, kekurangannya hanya 20 saja,” ujarnya.
Terkait pengisian kekurangan 150 guru itu, pejabat asal Banjar Sidembunut, Kelurahan Cempaga, Bangli itu menjelaskan, kekosongan diisi oleh guru honorer atau guru pengabdi yang dibayar melalui dana bantuan operasional sekolah (BOS).
Besaran upah berkisar Rp 300 ribu hingga Rp 400 ribu, dengan tanggung jawab sama layaknya guru kelas GTT ataupun guru PNS.