Sampah Plastik Bisa Rusak Pariwisata Bali, Dr Gede Hendrawan Sebut Kebocoran 80 Persen
Akademisi Fakultas Kelautan dan Perikanan (FKP) Universitas Udayana, Dr. Gede Hendrawan mengatakan dari Tahun 2014 sampai saat ini
Penulis: Wema Satya Dinata | Editor: Rizki Laelani
Sampah Plastik Bisa Rusak Pariwisata Bali, Dr Gede Hendrawan Sebut Kebocoran 80 Persen
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Akademisi Fakultas Kelautan dan Perikanan (FKP) Universitas Udayana, Dr. Gede Hendrawan mengatakan dari Tahun 2014 sampai saat ini, tim FKP Unud lebih banyak mengkaji sampah di laut Bali.
Dari kajian tersebut ditemukan 80 persen sampah di laut dihasilkan dari darat.
80 persen sampah yang berada di laut merupakan sampah plastik.
“Di Pantai Kuta kami melakukan riset dari tahun 2014 sampai 2015, ditemukan 70 sampai 80 persen adalah sampah plastik,” kata Hendrawan dalam diskusi membedah Raperda tentang RTRW Provinsi Bali dari perspektif lingkungan di Kantor Kompas Denpasar, Jumat (22/2/2019).
Sampah-sampah tersebut sumbernya berasal dari darat maupun aktivitas di laut.
Namun secara umum, 80 persen berasal dari darat.
Baca: SEDANG BERLANGSUNG Live Streaming Bali United Vs Persela Lamongan, Imbang Sudah Cukup
Baca: Saat Sekarat Erni Beri Isyarat Ini Agar Si Janin Selamat, Pelaku Langsung Belah Perut Korban
Baca: SEDANG BERLANGSUNG Live Streaming RCTI Timnas Indonesia Vs Kamboja, Bisa Diakses di Smartphone
“Itu artinya kegiatan dan aktivitas yang dilakukan di darat ternyata masih kacau. Kenapa masih ada kebocoran 80 persen sampai ke laut?” Tanya Hendrawan.
Sebelumnya dalam Perda Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Provinsi Bali tahun 2009, memang sudah ada pasal yang terkait dengan sampah.
Dan didalamnya juga menyebutkan pelarangan pembuangan sampah sebelum dipilah.
Namun implementasinya dirasa belum optimal.
Dikatakannya sampah plastik yang banyak jumlahnya sangat merusak ekosistem laut, terutama sampah yang berupa mikroplastik.
“Kalau makroplastik yang bisa dilihat kasat mata lebih mudah untuk dibersihkan, sedangkan mikroplastik susah dibersihkan, sangat berbahaya dan dampaknya sangat buruk bagi lingkungan,” tuturnya.
Lebih lanjut Hendrawan memaparkan ekonomi Bali tergantung dari pariwisata.
Dan lebih dari 80 persen daerah pariwisata di Bali berada di wilayah pesisir.