Sampah Plastik Bisa Rusak Pariwisata Bali, Dr Gede Hendrawan Sebut Kebocoran 80 Persen

Akademisi Fakultas Kelautan dan Perikanan (FKP) Universitas Udayana, Dr. Gede Hendrawan mengatakan dari Tahun 2014 sampai saat ini

Penulis: Wema Satya Dinata | Editor: Rizki Laelani
Tribun Bali/Rizal Fanany
Sejumlah pemulung memungut sampah plastik di Pantai Kedonganan, Badung, Sabtu (26/1/2019). Sampah musiman ini memberi keuntungan bagi pemulung yang bisa mengumpulkan sampah plastik 70 kilo per hari 

Sampah Plastik Bisa Rusak Pariwisata Bali, Dr Gede Hendrawan Sebut Kebocoran 80 Persen

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Akademisi Fakultas Kelautan dan Perikanan (FKP) Universitas Udayana, Dr. Gede Hendrawan mengatakan dari Tahun 2014 sampai saat ini, tim FKP Unud lebih banyak mengkaji sampah di laut Bali.

Dari kajian tersebut ditemukan 80 persen sampah di laut dihasilkan dari darat.

80 persen sampah yang berada di laut merupakan sampah plastik.

“Di Pantai Kuta kami melakukan riset dari tahun 2014 sampai 2015, ditemukan 70 sampai 80 persen adalah sampah plastik,” kata Hendrawan dalam diskusi membedah Raperda tentang RTRW Provinsi Bali dari perspektif lingkungan di Kantor Kompas Denpasar, Jumat (22/2/2019).

Sampah-sampah tersebut sumbernya berasal dari darat maupun aktivitas di laut.

Namun secara umum, 80 persen berasal dari darat.

Baca: SEDANG BERLANGSUNG Live Streaming Bali United Vs Persela Lamongan, Imbang Sudah Cukup

Baca: Saat Sekarat Erni Beri Isyarat Ini Agar Si Janin Selamat, Pelaku Langsung Belah Perut Korban

Baca: SEDANG BERLANGSUNG Live Streaming RCTI Timnas Indonesia Vs Kamboja, Bisa Diakses di Smartphone

“Itu artinya kegiatan dan aktivitas yang dilakukan di darat ternyata masih kacau. Kenapa masih ada kebocoran 80 persen sampai ke laut?” Tanya Hendrawan.

Sebelumnya dalam Perda Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Provinsi Bali tahun 2009, memang sudah ada pasal yang terkait dengan sampah.

Dan didalamnya juga menyebutkan pelarangan pembuangan sampah sebelum dipilah.

Namun implementasinya dirasa belum optimal.

Dikatakannya sampah plastik yang banyak jumlahnya sangat merusak ekosistem laut, terutama sampah yang berupa mikroplastik.

“Kalau makroplastik yang bisa dilihat kasat mata lebih mudah untuk dibersihkan, sedangkan mikroplastik susah dibersihkan, sangat berbahaya dan dampaknya sangat buruk bagi lingkungan,” tuturnya.

Lebih lanjut Hendrawan memaparkan ekonomi Bali tergantung dari pariwisata.

Dan lebih dari 80 persen daerah pariwisata di Bali berada di wilayah pesisir.

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved