Yudiantara Kesulitan Memotong Daging, Nia Takut Janurnya Robek

Ia membuat sate renteng dalam rangka ikut lomba membuat sate renteng, ngelawar, dan banten prani yang digelar Dinas Kebudayaan Kota Denpasar

Penulis: Putu Supartika | Editor: Irma Budiarti
Tribun Bali/I Putu Supartika
Sate renteng dan banten prani dalam lomba yang digelar Dinas Kebudayaan Kota Denpasar, Jumat (22/2/2019). 

Laporan Wartawan Tribun Bali, I Putu Supartika

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - I Kadek Yudiantara terlihat sangat antusias memotong daging dan menusuk daging tersebut pada tusuk sate.

Ia membuat sate renteng dalam rangka ikut lomba membuat sate renteng, ngelawar, dan banten prani yang digelar Dinas Kebudayaan Kota Denpasar.

Remaja yang sekolah di SMP Widya Sakti ini bersama dua temannya juga merangkai daging yang telah ditusuk pada tusuk sate tersebut di batang pisang.

“Ini saya persiapannya dari tadi pukul 06.00 pagi. Kalau buatnya memang gampang-gampang susah,” kata Yuadiantara, Jumat (22/2/2019) siang.

Baca: Setelah Manggis, Kini Salak Gula Pasir Bali Siap Diekspor ke Luar Negeri

Baca: Mola mola, Ikan Raksasa Unik di Perairan Nusa Penida Terancam Sampah

Sejak tiga minggu sebelum lomba ia telah mempersiapkan diri agar bisa matang dalam membuat sate renteng ini.

Ia belajar memotong daging babi agar potongannya pas, dan tahu kematangan daging agar mudah saat dipotong dan ditusuk.

“Kesulitannya saat memotong dagingnya agar pas. Sebelum daging dipotong dan ditusuk juga harus direbus. Kematangan daging juga harus diperhatikan, kalau terlalu matang akan mudah putus, dan kalau kurang matang sulit saat memotong dan menusuknya,” katanya.

Perjuangannya pun tak sia-sia karena kelompoknya berhasil meraih juara satu membuat sate renteng.

Baca: Keluarga Syahrini Bersiap Terbang ke Tokyo, Syahrini Akan Dinikahi Reino Barack 27 Februari 2019?

Baca: Dukung Berantas Mafia Bola di Indonesia, Jokowi: Selasaikan Sampai Tuntas

Kesulitan juga dialami oleh peserta lomba membuat banten prani.

Ni Putu Nia Vintiani dari SMP Sila Dharma mengaku mengalami kesulitan saat membuat sampian.

Ini dikarenakan sampiannya tebal menggunakan banyak janur sehingga saat menjaritnya perlu tenaga ekstra dan juga ketelitian agar janur tak robek.

“Pas nanding (menyusun) juga sulit soalnya dinilai setiap prosesnya sehingga harus benar-benar rapi,” kata Nia.

Ia bersama kelompoknya juga mendapat juara satu membuat banten prani.

Baca: AHY Temukan Catatan Kecil Mengharukan Milik Ani Yudhoyono Soal Sakit Yang Dideritanya Kini

Baca: BPJS Ketenagakerjaan Denpasar Bayarkan Klaim Rp 273,8 Miliar Lebih

Sementara itu salah seorang juri, Guru Anom Ranuara mengatakan, lawar berasal dari bahasa kawi yang artinya olahan mentah.

Inti dari lawar sendiri yakni anyang atau ketekan (daging cincang kecil), dan jika tak berisi anyang disebut urab.

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved