'Bhuta Kala Plastik' Karya Baru Made Bayak Dilukis di Atas Kresek
Malam itu di tembok Rumah Sanur dipasang berjajar lima karya Made Bayak. Uniknya, medium kanvas lukisan Made menggunakan sampah plastik
Penulis: eurazmy | Editor: Irma Budiarti
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Ada yang unik dalam serangkaian peringatan Hari Bumi 2019 dari Komunitas Malu Dong di Rumah Sanur, Jumat (26/4/2019) malam kemarin.
Malam itu di tembok Rumah Sanur dipasang berjajar lima karya Made Bayak.
Uniknya, medium kanvas lukisan Made menggunakan sampah plastik.
Berbagai macam sampah plastik, mulai aneka macam tas kresek ia tempel di atas kertas sedemikian rupa.
Lalu, ia percantik dengan lukisan.
Malam itu, ada dua karya terbaru di tahun 2019 yang ia pamerkan.
Judulnya 'Bhuta Kala Plastik'.
Baca: Gara-gara Ulah Anaknya Bertransaksi Game Online, Ibu Ini Terkejut Dapat Tagihan Senilai Rp 12 Juta
Baca: Masih Diperankan Prilly Latuconsina, Teaser Film Horor Danur 3: Sunyaruri Resmi Dirilis
Karyanya sederhana, hanya terbuat dari satu lembar tas kresek kecil yang ia tempel di atas kertas.
Di atas kresek tersebut ia lukis sosok naga sebagai simbol bhuta kala.
Made Bayak menjelaskan, secara filosofi agama Hindu adalah agama tirta yang memiliki konsep kepercayaan dan pemujaan terhadap air.
Namun di satu sisi, lanjutnya, manusia pada akhirnya mengotori air tersebut sendiri.
''Bagaimana konsep kepercayaan itu kita sendiri yang mengingkari. Kita sendiri yang mengotori air itu, sesuatu yang kita puja,'' jelasnya di sela pameran.
Baca: Terkejut & Bantah Terlibat dalam Video Tak Senonoh, Richard Kyle Beri Tanggapan Begini
Baca: Membayar Cicilan Bisa Sangat Menguntungkan dengan Aplikasi Ini, Bahkan Bisa Dapat Cashback
Hal ini berangkat dari kacamata pengamatan dirinya terhadap lingkungan sekelilingnya, terutama soal perilaku manusia yang suka membuang sampah sembarangan.
''Ini menjadi perenungan bagi saya, apakah plastik akan menjadi bhuta kala baru di Bali?'' tegasnya.
Ia menlanjutkan, gagasannya mengawinkan kesenian dengan ekologi ini dimulai sejak 2010 silam.
Sejumlah karya medium plastik ini ia namakan dengan tema Plastikologi.
Ia menjelaskan ingin menceritakan sebuah paradoks manusia, dimana sumber air sebagai sumber kehidupan manusia satu-satunya justru dirusak oleh manusia itu sendiri. (*)