Mahasiswi STIKES Bali Kembangkan Pembalut yang Bisa Dipakai 5 Tahun Dan Segera Diproduksi Massal

Selesai digunakan, pembalut kain ini bisa dicuci lalu dijemur dan bisa dipakai kembali setelah kering.

Penulis: Putu Supartika | Editor: Eviera Paramita Sandi
Istimewa / Dokumentasi Pribadi
Kadek Windy Astuti usai mengikuti Mawapres dan memperoleh juara II 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Biasanya pembalut wanita hanya bisa dipakai dalam sekali, dan selesai menggunakan langsung dibuang.

Namun seorang mahasiswi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Bali, Kadek Windy Astuti membuat pembalut wanita yang bisa digunakan maksimal 5 tahun.

Ide ini menurut Windy sebenarnya sudah ada yakni pemanfaatan kain untuk pembalut yang disebut reusable pads yang bisa digunakan lebih dari sekali.

Kebetulan ia ditunjuk untuk mewakili STIKES sebagai mahasiswa berprestasi dan diwajibkan untuk membuat karya tulis ilmiah, Windy pun mengembangkan reusable pads sehingga bisa digunakan maksimal 5 tahun.

“Sebenarnya ini bukan ide original saya. Idenya sudah ada yakni reusable pads atau membuat pembalut dengan kain, tapi penggunanya sangat jarang. Sehingga ide itu saya kembangkan lagi,” kata Windy saat ditemui di Kampus STIKES Bali, Selasa (7/5/2019) siang.

Ia mengatakan, waktu penggunaan pembalut ini tergantung pada jenis kain yang digunakan.

Setelah membaca berbagai literatur ia menemukan ide untuk menggunakan kain yang dibuat dengan serat bambu sebagai bahan pembuatan pembalut ini dan bisa dicuci.

“Yang lima tahun ini bahan dasarnya kain yang bisa dicuci kembali, bedanya dengan yang di pasaran, kalau yang sekali pakai penyerapnya kertas yang didaur ulang dibleaching dengan klorin baru dipakai penyerap dan agar tak tembus ditambahi plastik sehingga sulit terurai. Kalau pembalut kain, bahannya kain murni dan agar tidak tembus di dilapisi kain waterproof di bagian bawahnya,” kata mahasiswi semester VI Jurusan Ilmu Keperawatan ini.

Selesai digunakan, pembalut kain ini bisa dicuci lalu dijemur dan bisa dipakai kembali setelah kering.

Ia pun menjamin bahwa pembalut yang dicuci kembali ini higienis.

“Kalau kain dari serat bambu bambu ini berdasarkan penelitian di Jepang bakterinya minimal. Sehingga setelah dicuci dijemur di bawah sinar matahari dan bakterinya akan mati dengan sendirinya akibat sinar matahari,” paparnya.

Pembalut ini bahkan menurutnya sama dengan pakaian dalam pada umumnya dan bahkan bisa disetrika.

Windy menambahkan lahirnya pembalut kain ini juga tak terlepas dari penggunaan kain sebagai pembalut yang dilakukan oleh masyarakat yang ekonominya rendah.

“Tapi kita sekarang masih berpikir jorok. Masak pembalut dicuci lagi, jijik, padahal ini tidak buruk,” katanya.

Dengan karya ilmiahnya tentang pembalut kain yang dipakai selama lima tahun ini, Windy berhasil meraih juara dua Mawapres Kopertis Wilayah VIII yang meliputi Bali, NTB, dan NTT tahun 2019.

Sumber: Tribun Bali
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved