Pesta Kesenian Bali

Tampil di PKB 2019, Badung Bawa Misi Kembalikan Pakem Drama Gong dan Sor Singgih Bahasa Bali

Duta Kabupaten Badung tampil dalam parade drama gong di Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-41 tahun 2019

Penulis: I Wayan Sui Suadnyana | Editor: Irma Budiarti
Dokumentasi Panitia PKB 2019
Penampilan parade drama gong ‘Sastra Semara Pingit’ oleh Sanggar Mudra, Kecamatan Petang, Duta Kabupaten Badung di Kalangan Ayodya, Taman Budaya (Art Center) Denpasar, Sabtu (29/6/2019), serangkaian PKB ke-41 tahun 2019. Tampil di PKB 2019, Badung Bawa Misi Kembalikan Pakem Drama Gong dan Sor Singgih Bahasa Bali 

Laporan Jurnalis Tribun Bali, I Wayan Sui Suadnyana

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Duta Kabupaten Badung tampil dalam parade drama gong di Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-41 tahun 2019 di Kalangan Ayodya, Taman Budaya (Art Center) Denpasar, Sabtu (29/6/2019).

Duta Kabupaten Badung yang diwakili Sanggar Mudra, Kecamatan Petang ini tak hanya tampil, tapi juga memiliki misi mengembalikan pakem drama gong.

Hal itu diutarakan Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Badung, Ida Bagus Basma dan Kordinator Sanggar Mudra, I Gusti Lanang Subamya di sela-sela pementasan drama gong dengan lakon ‘Sastra Semara Pingit’ itu.

“Selain mengembalikan pakem drama gong, kami juga ingin mengenalkan sor singgih berbahasa Bali di kalangan generasi muda,” terang Basma.

Karena kedua alasan itu maka sanggar Mudra dari Kecamatan Petang ditunjuk sebagai Duta Kabupaten Badung untuk parade Drama Gong.

Apalagi, menurut Basma, latar belakang Subamya selaku koordinator sanggar Mudra pernah malang melintang di pentas drama gong ketika drama gong mengalami masa ke emasan di era dekade 80 an – 90 an awal.

Baca: Jenguk Tri Rismaharini, Mantan Bupati Badung AA Gde Agung: Saya Doakan dengan Cara Kepercayaan Saya

Baca: DFSK Glory 560 Meluncur di Bali, Dapatkan Hadiah Emas Batangan Setiap Pembelian Selama Launching

“Juga karena Pak Subamya memiliki latar belakang akademis di bidang sastra daerah Bali,” lanjut Basma.

Subamya tidak memungkiri dengan apa yang diutarakan Basma.

Menurut Subamya, karena kedua alasan itu (mengembalikan pakem drama gong dan mengenalkan sor singgih berbahasa Bali), ia menampilkan lakon ‘Sastra Semara Pingit’.

Cerita ini tampil dengan latar belakang cerita Panji yang sarat dengan kisah asmara dan kerajaan sebagai ciri drama gong selama ini.

Cerita Panji ini, kata dia, yang kemudian dikurangi dan ditambahi di sana-sani dengan kemasan yang menarik khas drama Gong.

“Melalui cerita ini saya bisa mengenalkan penonton, ini lho sor singgih berbahasa Bali di kerajaan atau puri di Bali,” ucap Subamya.

Baca: Mulai Besok Wisatawan Asing ke Nusa Penida Dikenai Retribusi

Baca: Jangan Sepelekan Sakit Kepala yang Tak Kunjung Sembuh dan Semakin Berat, Bisa Jadi Gejala Kanker!

Cerita ‘Sastra Semara Pingit’ menceritakan kisah asmara antara putri raja Kerajaaan Daha dari istri pertamanya dengan raja putra/raja muda yang penuh liku karena keserakahan istri kedua raja Kerajaan Daha.

Istri kedua raja Kerajaan Daha ini berasal dari Pejarakan yang terkenal dengan magic-nya.

Sumber: Tribun Bali
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved