EKSKLUSIF Tribun Bali
Trans Sarbagita Mandul Urai Kemacetan, Masyarakat Pilih Kendaraan Pribadi
Namun, sampai menjelang 3 tahun pengoperasiannya, tingkat keterisian penumpang bus Trans Sarbagita masih antara 30-40 persen setiap hari.
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Diluncurkan pertama kali pada 17 Agustus 2011, kehadiran bus Trans Sarbagita beserta angkutan pengumpannya (feeder) diharapkan bisa mengatasi kemacetan di Kota Denpasar dan sekitarnya yang saat itu sudah menjengkelkan warga kota.
Namun, sampai menjelang 3 tahun pengoperasiannya, tingkat keterisian penumpang bus Trans Sarbagita masih antara 30-40 persen setiap hari. Minat masyarakat untuk memanfaatkan angkutan ini jauh dari harapan, kendati tarif bus itu tergolong cukup murah.
Karena itu, peran Trans Sarbagita dalam mengurangi kemacetan di Denpasar dan sekitarnya dipertanyakan.
“Masih sangat sedikit masyarakat menggunakan Trans Sarbagita. Mereka cenderung beli kendaraan pribadi, baik roda dua atau empat, untuk kebutuhan mobilitasnya. Akibatnya, Denpasar dan sekitarnya pun kini semakin macet meski sudah ada Trans Sarbagita,” kata pengamat transportasi perkotaan, Ni Ketut Sri Astuti, kepada Tribun Bali.
Wacana penghentian penjualan kendaraan bermotor (roda empat dan dua) di Bali yang dilontarkan Gubernur Mangku Pastika pada November 2013 sebetulnya juga bisa dimaknai sebagai isyarat bahwa Trans Sarbagita belum bisa diandalkan untuk mengurangi kemacetan.
Tribun Bali sempat menyaksikan sendiri bagaimana kursi-kursi di bus Trans Sarbagita lebih banyak tak terisi penumpang saat naik bus itu ke sejumlah rute pada beberapa kesempatan di bulan Juni.
Padahal, saat itu sekitar pukul 13.00 Wita atau waktu pulang sekolah. Lazimnya, waktu berangkat dan pulang sekolah merupakan peak hour bagi angkutan umum, sehingga dijejali penumpang.
Ketika naik bus 08 dari halte utama di Jalan Kamboja (sebelah GOR Ngurah Rai Denpasar) untuk menuju halte-halte berikutnya pada pukul 13.00 Wita, Tribun Bali tak mendapati penumpang lain di dalam bus.
Lima menit meninggalkan Jalan Kamboja tanpa satu penumpang pun naik dari halte tersebut, bus bernopol DK 9271 AE itu lantas menuju halte di Jalan Hayam Wuruk Denpasar. Namun, bus tetap melaju karena di halte mini ini tidak ada penumpang.
Sesampai di halte di Jalan Sudirman atau depan kampus Universitas Udayana (Unud), juga tidak terlihat penumpang yang menunggu di sana. Padahal, pemberhentian di kawasan kampus semestinya menjadi peluang untuk membawa banyak penumpang dari kalangan mahasiswa.
Praktis, bus berkapasitas 55 penumpang itu (duduk maupun berdiri) hanya berisi satu penumpang, yakni Tribun Bali. Juga masih tidak ada tambahan penumpang sesampai halte berikutnya, yakni di kawasan By Pass menuju arah Kuta.
Masih Sosialisasi
Mengenai masih kecilnya minat warga menumpang bus itu, penanggungjawab dan koordinator Trans Sarbagita Provinsi Bali, IB Parsha, beralasan bahwa sejak tahun ke-1 (2011) hingga memasuki tahun ke-3 ini, pihaknya memang masih dalam tahap mengenalkan bus umum ber-AC tersebut ke masyarakat.
Khususnya, masyarakat di sejumlah trayek di empat wilayah yang dilaluinya, yakni Kota Denpasar, Kabupaten Badung, Gianyar dan Tabanan.
Pada tahun ke-4 dan ke-5 pengoperasiannya, IB Parsha optimistis keterisian penumpang akan sesuai target, yakni 60 persen dari total kapasitas penumpang yang disediakan. Namun, Parsha tak menjelaskan program-program apa saja yang akan dijalankan untuk mendorong tercapainya target keterisian tersebut.
“Tahun kelima, jumlah penumpang akan sesuai target, yaitu 60 persen. Sekarang kan masih tahun ketiga,” ucap Parsha. Ia mengklaim, kini sudah terbentuk segmen penumpang Trans Sarbagita.
Sejauh ini jalur-jalur yang dilewati Trans Sarbagita baru berada di wilayah Koridor 2 (yakni Batubulan – Nusa Dua PP via Sentral Parkir Kuta) serta jalur Koridor 1 (Denpasar Kota – GWK PP).
Untuk masing-masing koridor tersebut diadakan angkutan pengumpan atau feeder yang melayani penumpang untuk dibawa ke halte-halte Trans Sarbagita. Feeder ini dioperasikan secara gratis bagi penumpang.
Direncanakan, menurut Parsha, ke depan akan ada total 5 koridor yang dijelajahi oleh Trans Sarbagita. “Sekarang yang kami pentingkan masih koneksitas rute dan pelayanan. Kami tidak berpikir soal keuntungan,” tutur Parsha.
Untuk mengoperasikan satu armada bus, jelas dia, anggaran yang dibutuhkan antara Rp 3 hingga Rp 4 miliar per tahun, tergantung koridornya.
Wilayah Denpasar (Koridor 1) memiliki 11 unit bus Trans Sarbagita plus 56 unit feeder berupa angkutan kota (angkot) untuk 4 jurusan di kota ini. Anggaran yang dialokasikan untuk operasional satu angkutan feeder sekitar Rp 4,8 miliar selama setahun, dan untuk bus-nya dialokasikan anggaran operasional sebesar Rp 3,6 miliar setahun.
Menurut Parsha, kalau bicara untung-rugi, memang lebih banyak anggaran yang dikeluarkan daripada pendapatan yang diperoleh dari kegiatan operasional Trans Sarbagita, apalagi angkutan feeder-nya.
“Sekali lagi, kami tidak berpikir tentang keuntungan, tetapi tentang pelayanan,” ucap Parsha.
Pihak Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Denpasar mengatakan, masih belum diminatinya Trans Sarbagita dan angkutan feeder-nya di kota ini karena rute-rute yang dilayani Trans Sarbagita masih belum terkoneksi dengan jalur-jalur yang potensi penumpangnya besar. Misalnya wilayah Denpasar Barat dan Denpasar Utara.
“Trans Sarbagita sepi karena wilayah berpotensi besar penumpang belum dilayani,” kata Kepala UPT (Unit Pelaksana Teknis) Pelayanan Transportasi Darat Dishub Denpasar, Dewa Ketut Adi Pradnyana.
Ia menyebut, potensi banyak penumpang, salah-satunya berada di kawasan Terminal Ubung, Dalung, Sempidi (Badung) dan sekitarnya.
“Penumpang Trans Sarbagita dari kalangan pelajar juga baru 20 persen dari total penumpang. Kebanyakan pelajar masih memakai kendaraan pribadi seperti sepeda motor untuk pergi ke sekolah,” jelas Dewa Ketut.
Dari data Dinas Perhubungan Kota Denpasar, jumlah penumpang umum dan pelajar yang terangkut di Koridor I rute Denpasar-Nusa Dua mencapai 1250 orang setiap hari. Sedangkan jumlah penumpang armada trans sarbagita koridor II sehari masih diangka 1000 penumpang. (Tribun Bali Cetak)
===