Griya Style

Jineng Warisan Leluhur di Tangan Kartunis Jango

Jineng Disulap Jadi Tempat Diskusi Ruang Budaya untuk Para Seniman

Penulis: Ni Ketut Sudiani | Editor: Rizki Laelani
TRIBUN BALI/ I NYOMAN MAHAYASA
TAMPAK KOKOH - Bangunan jineng milik Kadek Jango Pramartha di Jalan Veteran, Gang IV, No 3, Denpasar, tampak kokoh, Sabtu (17/1). Jineng yang biasa digunakan menyimpan beras, diubah Jango menjadi tempat diskusi ringan. 

Dinding itu dilapisi bahan kayu yang tampaknya sudah mengeras seperti batu. Apabila diperhatikan secara sekilas, dinding itu tampak cukup artistik dengan bentuk kayunya yang beraneka dan tidak begitu kaku.

Dicermati lebih dekat, ada pula yang mirip seperti kayu bakar yang bagian ujungnya telah menghitam, serupa arang.

“Sebenarnya, bagian itu tidak lagi tradisional, tapi sudah cukup modern. Rencana akan dibenahi lagi nanti. Dulu orangtua saya yang melakukannya, saya tidak tahu lebih mendetail tentang itu,” terang Jango.

Menurutnya, barangkali baiknya, untuk rumah tradisi Bali, pada bagian paling depan, setelah memasuki pintu utama, yang diletakkan adalah patung ganesha.

Meskipun telah dilakukan beberapa perubahan pada rumahnya, namun Jango berusaha untuk tetap mempertahankan bangunan yang diwariskan leluhurnya.

“Di rumah ini masih ada cangkem paon (mulut dapur). Biasanya kalau rumah di daerah perkotaan, tidak punya cangkem paon,” terangnya.

Cangkem paon, menurut Jango merupakan bagian dari tradisi Bali yang berlaku di semua kabupaten dan kota.

Tribun Bali sempat melihat bentuk cangkem paon yang ada di dapurnya. Bentuknya memang masih tradisional, terbuat dari semen, dan oleh masyarakat dulu digunakan untuk tempat memasukkan saang (kayu bak).

“Ada cerita mengatakan, kalau ada orang Bali menikah dengan keturunan Tiongkok, pasangan pengantin perlu melakukan sesi upacara tertentu di depan cangkem paon itu,” jelasnya. (*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved