Musik Zone

Personil Navicula dan Dialog Dini Hari Ini Garap Album Solo

Pohon Tua yang bernama asli Dadang S.H Pranoto akhirnya memutuskan untuk menggarap album solo perdananya.

Penulis: Cisilia Agustina. S | Editor: gunawan
Tribun Bali
Dadang SH Pranoto 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Telah sekian lama malang melintang di kancah industri musik Bali, Pohon Tua yang bernama asli Dadang S.H Pranoto akhirnya memutuskan untuk menggarap album solo perdananya.

Album berjudul Kubu Carik itu rencananya akan dirilis pada 6 Juni 2015 mendatang.

Bersamaan dengan album tersebut, juga akan diluncurkan buku berjudul Dua Senja Pohon Tua karya Eko Prabowo, jurnalis Kompas sekaligus penikmat karya Dadang.

Buku itu berisi interpretasi akan lagu-lagu karya Dadang. Kedua karya tersebut akan dikenalkan ke publik secara bersamaan.

“Awalnya Eko menghubungi saya, ngasih info tentang pembuatan buku itu. Di tengah jalan, kemudian saya kepikiran dan merasa tertantang. Dia bikin karya, nah saya bikin apa? Saat itu saya lagi getol-getolnya main ukulele dan akhirnya kepikiran bikin album,” papar Dadang.

Menurut gitaris Navicula sekaligus vokalis Dialog Dini Hari ini, bisa dikatakan hampir 90 persen musik pengiring di album Kubu Carik menggunakan instrumen ukulele. Rencananya, ada delapan lagu yang akan dirilis di album tersebut.

Dadang memberi sedikit bocoran tentang isi dari album debut solonya tersebut, di antaranya Si Kancil, Matahari Terbit, Hari Ini Esok Hari, Bisik Laut, Semesta Raya (atau Langit Raya).

Nuansa spiritual dan cinta dari apa yang dia alami dan lihat di sekitar, dituangkan dalam tiap lagu di album itu dengan kemasan lirik yang cantik.

“Bumi menua, biarlah berputar. Kerja, kerja, kerjakan, usir hama singkirkan. Padi-padi berisi, besar hati membumi,” ujar Dadang memberikan sepenggal lirik dari satu lagu yang ada di album Kubu Carik.

Ada sisi spiritual yang Dadang angkat dalam lagu yang menggambarkan bagaimana seorang petani mencintai pekerjaannya tersebut. Mencintai apa yang sedang dikerjakan dan menyadari potensi diri, menurutnya adalah bentuk kecintaan akan hidup.

“Sama seperti yang sedang saya lakukan sekarang. Jadi, saat saya melihat petani tersebut, saya melihat diri saya sendiri,” ujarnya.

Belajar dari Petani dan Sawah


Kubu Carik yang menjadi judul album solo perdananya,  bermakna sebuah rumah kecil di tengah sawah. Inspirasi muncul ketika dia sedang berada di Karangasem dan menyadari ternyata masih ada petani yang memiliki rumah kecil di sawah.

“Dulu, biasanya petani punya rumah kecil, gubuk, di tengah sawah untuk mereka istirahat karena jauh dari rumah. Kalau sekarang sudah jarang ditemui, karena sudah ada kendaraan, jadi mereka bisa langsung pulang. Nah, saat di Karangasem, saya lihat masih ada petani yang punya gubuk seperti itu,” papar Dadang.

Dari sanalah kemudian ia mencoba menulis lirik lagu tentang apa yang dia saksikan. Dia pun menyadari seorang seniman ternyata bisa memperoleh inspirasi dan belajar dari petani maupun sawah.

 “Sederhananya bagaimana orang mencintai pekerjaannya dan merawat rasa itu. Seperti yang dilakukan seorang petani, bagaimana ia menunggu apa yang ia tanam, merawatnya hingga panen dan mengerjakan hal lainnya. Ternyata karya bisa bicara dan punya arti penting untuk setiap orang” ujar musisi sekaligus aktivis lingkungan ini.

Tetap Didukung DDH dan Navicula


Album solo Pohon Tua diproduseri langsung oleh Dialog Dini Hari.

Hal tersebut boleh jadi menunjukkan meskipun berkarya di luar band-nya, Dadang tetap mendapat dukungan dari  personel lainnya.

“Kelihatan bahwa band ini sehat, 2 orang lainnya memberikan support dengan memosisikan dirinya sebagai produser. Jadi apapun yang keluar, anggaplah ini sebagai produk dari Dialog. Jadi, apa yang keluar dari Pohon Tua haruslah sesuatu yang keren,” tambahnya.

Hal yang serupa pun ia rasakan dari Navicula. Menurutnya, satu di antara band dengan aliran musik grunge di Bali ini sangat mendukung para personelnya untuk terus berkreasi.

“Saat Navicula semakin kuat dan berdiri sendiri, itu ibarat perusahaan. Ketika satu perusahaan memiliki satu staf yang punya potensi lebih, masa tidak didukung? Karena mau ga mau, saat ia keluar ia akan bawa bendera perusahaan tersebut,” papar Dadang.

Memiliki nama besar dari 2 band ternama di Bali, yakni Navicula dan Dialog Dini Hari tidak membuat Dadang lebih memprioritaskan yang satu dibandingkan lainnya.

Menurutnya, semua sama saja, karena yang ia kedepankan adalah menjadi maksimal di semua tempat.

“Kalau disuruh milih mana yang prioritas, saya tidak bisa, bagi saya semuanya sama. Tapi kalau diminta maksimal, saya akan berjuang untuk maksimal di semuanya, baik di Navicula, Dialog Dini Hari dan sebagai Pohon Tua,” papar Dadang.

Dia berharap ketiga manajemen yang berbeda tersebut bisa membangun komunikasi yang baik.

“Di sini saya belajar disiplin dan terus produktif,” papar musisi berambut gimbal, yang juga memiliki proyek musik keempat dengan nama A Conscious Coup dengan aliran blues.

Hingga saat ini proses penggarapan album ini sudah masuk dalam tahapan take vocal, masih ada tiga lagu lagi yang belum direkam.(*)

 
 
 
Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved