Breaking News

Indahnya Tradisi Mepeed di Ubud Bali, Bukan untuk Jor-joran

Wanita di Ubud ini terlihat cantik dalam balutan kebaya dan kamen (kain) merah seragam, menjunjung sesajen. Tradisi Mepeed tetap dilestarikan

Tribun Bali/AA Putu Santiasa Putra
Mepeed, Barisan Ibu-Ibu menuju Pura Desa dan Pura Puseh untuk Menghaturkan Banten. 

Jika berhalangan hadir seperti sibuk bekerja, ada kegiatan adat lain di rumah, krama banjar tidak mempermasalahkan hal tersebut.

Sebab setiap individu memiliki kesibukan berbeda-beda.

Serta kegiatan ini menunjukkan kesetaraan antarwarga dilihat dari pakaian dan banten yang dihaturkan, tidak berlebihan.

“Jadi krama banjar tidak akan jor-joran dalam me-yadnya. Mepeed ini tidak akan dan tidak mungkin dihilangkan, karena ini hubungannya dengan alam niskala yakni Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Selain itu anak mudanya juga ikut menabuh gamelan untuk mengiringi prosesi tersebut,” katanya.

Menurut seorang krama banjar AA Sukarmini, kegiatan ini memang acara yang berulang-ulang yang dilaksanakan krama banjar.

Warga biasanya membawa haturan berupa buah yang dirangkai seperti gebogan dan membawa canang untuk melakukan persembahyangan.

Ia juga menjelaskan prosesi sekarang ini tidak diikuti seluruh krama banjar sebab ada sejumlah warga yang mengalami cyuntaka (kotor sehingga tidak boleh ikut ke pura) karena ada satu keluarganya meninggal.

Termasuk dirinya juga tidak mengikuti mepeed karena ada kesibukan di rumah.

“Tapi nanti saya dan keluarga agak malam ke puranya, sebab masih ada kegiatan dan mengurus cucu dirumah. Biasanya yang ikut itu ada dua sap barisan dan memanjang, kalau sekarang hanya satu sap saja,” ujarnya. (*)

Info ter-UPDATE tentang BALI, dapat Anda pantau melalui:

Like fanpage >>> https://www.facebook.com/tribunbali

Follow >>> https://twitter.com/Tribun_Bali

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved