Warga Antre di Mesin Sampah Berbentuk Seperti ATM di Denpasar

Mesin yang jumlahnya diharapkan total sebanyak 25 unit pada September nanti itu, kehadirannya disambut antusias oleh ratusan warga saat diluncurkan

Penulis: I Wayan Erwin Widyaswara | Editor: Ida Ayu Made Sadnyari
Tribun Bali/I Nyoman Mahayasa
Seorang warga mencoba mesin sampah yang bisa ditukarkan dengan uang saat di-launching di Pasar Kreneng, Denpasar, Jumat (31/7/2015) pagi. 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR – Pemkot Denpasar, Bali, kini bisa cukup lega dalam menghadapi masalah sampah non-organik, terutama sampah plastik, yang jumlahnya terus meningkat di kota ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk.

Mesin khusus penampung sampah untuk didaur ulang (recycle) mulai kemarin secara bertahap dioperasikan di Denpasar.

Diharapkan bisa ikut mengatasi persoalan sampah plastik dan non-organik di ibukota Bali ini, yang jumlahnya mencapai 120 ton per hari.

(Berita Terkait: Satu-satunya di Indonesia, Mesin Sampah Keluarkan Voucher ada di Denpasar)

Mesin yang jumlahnya diharapkan total sebanyak 25 unit pada September nanti itu, kehadirannya disambut antusias oleh ratusan warga saat diluncurkan penggunaannya di Pasar Kreneng, Denpasar, Bali, Jumat (31/7/2015). 

(Berita Terkait: Hanya Jenis Sampah Ini yang Bisa Dimasukkan dan Menghasilkan Voucher)

Warga tertarik karena mesin berbentuk seperti ATM itu dirancang bisa mengeluarkan voucher untuk ditukar dengan duit.


Wali Kota Denpasar, IB Rai Mantra, di sela-sela peluncuran mesin penampungan sampah di Pasar Kreneng, Denpasar, Jumat (31/7/2015) pagi. (TRIBUN BALI/I NYOMAN MAHAYASA)

Hal itu akan terjadi setelah sampah botol dan kaleng plastik/aluminium dimasukkan ke lubang yang disediakan mesin itu.

Wayan Sinah, salah-satu pedagang di Pasar Kreneng, kemarin terlihat bersemangat untuk memunguti sampah plastik dan kemudian memasukkannya ke mesin penampungan itu.

"Ini bagus sekali. Nanti saya akan kumpulkan sampah setiap hari sebanyak mungkin, terus ditukarkan di sini. Kan lumayan bisa untuk tambahan pemasukan," ujar Sinah dengan tersenyum.

Mesin sampah ini diklaim baru satu-satunya yang dioperasikan oleh pemerintah daerah di Indonesia, kendati di luar negeri penggunaan mesin tersebut sudah umum.

"Ini sebagai hal baru tidak saja di Denpasar, tapi juga di Indonesia. Adanya mesin anjungan sampah diharapkan dapat mempermudah memecahkan masalah persampahan di Kota Denpasar," kata Wali Kota Denpasar, IB Rai Mantra, di sela-sela peluncuran mesin penampungan sampah sumbangan dari seorang warga Italia kepada Pemkot Denpasar itu.

Menurut Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Denpasar, I Ketut Wisada, produksi sampah di Kota Denpasar sebanyak 2.750 meter kubik per hari atau setara dengan 600 ton per hari.

Dari jumlah tersebut, volume sampah non-organik (berupa plastik dan aluminium dll) sebanyak 20 persen-nya atau sekitar 120 ton per hari.

Sebetulnya selama ini sudah ada bank-bank sampah yang dijalankan oleh komunitas maupun perorangan di Kota Denpasar.

Bank sampah itu menampung sampah-sampah, khususnya non-organik, yang disetorkan warga dan kemudian ada imbalan berupa duit kepada warga penyetor.

Namun, menurut Rai Mantra, kehadiran “mesin sampah berduit” ini diharapkan lebih mempercepat proses penampungan sekaligus makin meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai sampah, khususnya yang non-organik.

Bank-bank sampah di Kota Denpasar dapat memanfaatkan mesin penampung sampah yang dikelola oleh PT Irditech Ecojos Plastindo dan ASIA PURA itu.

Di seluruh Provinsi Bali, jumlah timbunan sampah selama tahun 2014 mencapai 10.005,83 meter kubik per hari.

Komposisinya: sampah plastik sebanyak 13 persen dan sampah non-organik lainnya 20 persen, dan sisanya 67 persen adalah sampah organik.

Sampah plastik dalam beberapa tahun belakangan ini menjadi momok yang menakutkan di Bali, karena jika dibakar menimbulkan dioksin yang mencemari udara.

Jika ditanam memerlukan waktu yang sangat lama untuk terdegradasi.

Sampah plastik diproduksi terbanyak oleh rumah tangga.

"Apabila dibakar juga dapat memberikan dampak negatif bagi kesehatan karena menghasilkan dioksin yang merupakan salah satu bahan paling berbahaya di dunia karena dapat menimbulkan penyakit kanker," ujar Asisten Ekonomi, pembangunan dan Kesra Sekdaprov Bali, Ketut Wija, Jumat (31/7/2015), di sela-sela acara bersih-bersih sampah plastik yang dipusatkan di Pura Besakih, Karangasem.

Dampak negatif lain yang disebabkan oleh sampah plastik adalah adanya pelepasan berbagai jenis logam berat dan bahan kimia lain.

Bahan-bahan kimia tersebut larut dalam air dan terikat di tanah, kemudian masuk ke tubuh manusia melalui makanan dan minuman.

"Sampah plastik menjadi ancaman sangat serius bagi lingkungan dan memerlukan waktu puluhan bahkan ratusan tahun untuk terdegradasi," imbuhnya.

Pemprov Bali sendiri telah mencanangkan bahwa Bali menjadi bebas sampah plastik pada 2018.

Peningkatan jumlah sampah di Bali, menurut Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Bali, salah-satunya terkait dengan tingginya tingkat pertumbuhan penduduk yang mencapai rata-rata 1,4 persen per tahun.

Selain itu juga tren komersialisme dan materialisme dalam gaya hidup masyarakat di Bali.

Putri Danginggar dari ASIA PURA menjelaskan, ke depan direncanakan masyarakat bisa menukarkan voucher hasil penukaran sampah di mesin penampungan tersebut ke minimarket-minimarket di Denpasar.

"Namun untuk sementara, voucher hanya bisa ditukarkan di tempat mesin-mesin penampungan itu berada. Ke depan kita akan kembangkan dan kerjasamakan dengan pihak-pihak lain. Kalau di luar negeri bahkan voucher-nya sudah bisa ditukarkan untuk membayar listrik dan air," ujar Daninggar.

Menurut I Nengah Ariawan, Direktur PT Irditech Ecojos Plastindo, sampah-sampah yang telah ditampung oleh mesin-mesin tersebut akan didaur ulang.

Untuk sampah kaleng aluminium, daur ulang dilakukan di sebuah tempat di Hyang Batu, Denpasar.

Sedangkan sampah botol plastik akan didaur ulang di sebuah tempat pemrosesan di Gunung Talang, Padangsambian, Denpasar.

“Setelah didaur ulang, botol dan kaleng yang tadinya sampah itu bisa digunakan kembali,” kata Ariawan.

Data menunjukkan, sebanyak 35 miliar kaleng bekas minuman dimasukkan ke mesin penampungan sejenis Tomra ini di seluruh dunia setiap tahun.

Karena kaleng-kaleng bekas itu kemudian didaur ulang untuk dimanfaatkan kembali (re-use), kehadiran mesin tersebut mampu menghindari emisi gas tahunan dari sekitar 2 juta kendaraan bermotor (yang masing-masing telah menempuh jarak 10.000 kilometer).

Menurut Ariawan, 25 mesin penampungan sampah itu merupakan bantuan hibah dari seorang warga Italia kepada Pemkot Denpasar melalui PT  Irditech Ecojos Plastindo.

Hibah itu berawal dari keprihatinan si warga Italia terhadap kondisi persampahan di Kota Denpasar.

“Total akan ada 25 mesin yang direncanakan didatangkan untuk Kota Denpasar. Pada September nanti diharapkan komplet 25 unit mesin sudah tiba,” kata Ariawan.

Mesin-mesin itu akan ditempatkan di pasar, rumah sakit, terminal dan tempat-tempat umum lainnya.(*)

Info ter-UPDATE tentang BALI, dapat Anda pantau melalui:

Like fanpage >>> https://www.facebook.com/tribunbali

Follow >>> https://twitter.com/Tribun_Bali

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved