Pura Khayangan Jagat Goa Giri Putri

Tangkil ke Pura Goa Giri Putri, Wajib Tahu 6 Tahap Persembahyangan Ini

“Di sini bisa dikatakan meminta SIM untuk berdagang karena karena banyak juga yang menghaturkan pejati memohon agar usahanya lancar,” jelasnya

Tribun Bali/AA Putu Santiasa
Umat bersembahyang di Linggih Ida Hyang Giri Putri 

Tidak jarang pemedek juga terkena tetesan dari stalagtit yang aktif menetaskan air dari atap goa.

Tampak pula tim kebersihan selalu mengepel lantai putih dari kotoran bekas pijakan kaki pemedek.

Usai melaksanan penglukatan dan persembahyangan di Pelinggih Ida Hyang Giri Pati dilanjutkan melakukan persembahyangan di Linggih Ida Hyang Giri Putri yang letaknya dalam ceruk dinding goa.

Untuk menuju ke sana para pemedek harus mengantre untuk menaiki anak tangga.

Karena tempat sembahyang yang sempit, pemedek yang berada di bawah harus sabar menunggu pemedek di atas selesai sembahyang.

Anak tangga yang dihiasi patung dua naga pada dinding tangga terkesan megah.

Permukaan anak tangga yang licin mengharuskan para pemedek lebih berhati-hati melangkah, tak jarang mereka memegang tubuh naga sebagai bantuan berpijak.

Saat melaksanakan persembahyangan di Linggih Ida Hyang Giri Putri para pemedek saling berhimpit untuk mendapatkan tempat duduk, karena memang tempatnya kecil, udara pun terasa pengap, dan mata terasa perih karena asap dupa.

Ada tiga kipas angin yang disediakan untuk menghilangkan rasa pengap tersebut.

Menurut Jero Mangku Dunia persembahyangan di Pelinggih Ida Hyang Giri Putri merupakan pelinggih utama dalam rangkaian persembahyangan di Goa Giri Putri.

Terdapat dua pelinggih yang terbuat dari batu paras putih khas Nusa Penida, bersisian dengan mata air dari atap goa yang selalu menetes.

Ada juga tempat untuk bersemadi (bertapa) yang berada agak menjorok kedalam sekitar tujuh meter dari pelinggih.

Tempat payogan ini dipercaya adalah tempat peraduan Hyang Giri Putri dengan Hyang Giri Pati.

“Air suci atau tirta yang berada di dekat Pelinggih Ida Gyang Giri Putri ini rasanya benar-banar tawar. Inilah tirta yang diyakini memiliki kekuatan. Ada juga tempat untuk bersemadi di sana. Beberapa bulan yang lalu ada yang bersemadi selama 42 hari. Tapi siangnya dia keluar, dia hanya bertapa pada malam hari untuk mendapatkan ketenangan lahir dan batin,” ungkap Jero Mangku Dunia.

Terakhir persembahyangan dilakukan di Pelinggih Ida Hyang Siwa Amerta, Rambut Sedana, Melanting, Ratu Syahbandar, Dewi Kwan Im, Dewa Langit, dan Dewa Bumi.

Sumber: Tribun Bali
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved