Unud Merasa Ditipu Travel Agent
Bayar Hampir Rp 1 Miliar, Mahasiswa Unud Batal Study Tour ke Singapura
Keberangkatan pertama kali ke Singapura oleh lebih dari 100 mahasiswa ini batal dengan ketidakjelasan. Padahal mereka sudah siap dengan kopernya
Penulis: Cisilia Agustina. S | Editor: Ida Ayu Made Sadnyari
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Wajah Dewa Ketut Sidanes tampak muram.
Hal yang sama tampak di raut wajah teman-temannya yang sore kemarin, Senin (19/10/2015) duduk termangu sambil bersandar pada koper, di pelataran parkir salah satu bekas swalayan di kawasan Diponegoro, Denpasar, Bali.
(Baca Berita Terkait: Ini Kronologi Penunjukan Travel Agent BCCT yang Diduga Tipu Mahasiswa Unud)
Seharusnya, sore itu mereka yang merupakan mahasiswa Semester 5 dan 7 Program Studi Sastra Inggris Universitas Udayana berangkat ke Singapura dalam rangka study tour.
(Baca Berita Terkait: Orangtua Mahasiswa Beramai-ramai Datangi Unud terkait Penipuan Study Tour)
Namun sangat disayangkan keberangkatan pertama kali ke Singapura oleh lebih dari 100 mahasiswa ini batal dengan ketidakjelasan.
(Baca Berita Terkait: Ternyata Pembelian Tiket Pesawat Study Tour Batal, Ini Penjelasannya)
"Harusnya hari ini kami berangkat ke Singapura untuk study tour, tapi tidak ada kejelasan dari pihak travel agent padahal pembayaran sudah kami lakukan," ujar Dewa.
Menurutnya mereka diminta untuk berkumpul di meeting point sejak pukul 12.30 Wita dan kemudian berangkat ke Bandara Ngurah Rai pada pukul 13.30 Wita.
(Penipu 130 Mahasiswa Unud Hingga Batal Study Tour ke Singapura Divonis 3 Tahun)
Untuk pembayaran pun telah dilakukan kepada pihak travel agent yang berinisial BCCT, senilai Rp 7.575.000 untuk setiap peserta. Total hampir Rp 1 miliar yang sudah dibayarkan peserta ke pihak travel agent yang beralamat di Jimbaran itu.
"Kami tidak tahu, kami kan mahasiswa yang tahu sudah membayar. Tapi tidak tahu kemana sekarang uang kami dibawa lari," ujar Dewa.
Sebetulnya beberapa mahasiswa peserta study tour sempat merasa ada yang janggal tatkala hingga hari H keberangkatan, mereka masih belum memegang tiket penerbangan ke Singapura.
Yang sudah dibagikan oleh pihak travel agent hanyalah daftar rencana perjalanan (itinerary) dan aktivitas mereka selama di Singapura.
Dari data itinerary yang diperoleh Tribun Bali, hanya tertera meeting point di area kampus, juga jam keberangkatan (flight) dengan menggunakan maskapai Garuda Indonesia dengan nomor penerbangan GA 842.
Berangkat dari Bandara Ngurah Rai pada pukul 15.20 Wita dan tiba di Changi Airport Singapura pukul 18.20.
Salah satu orangtua yang datang saat itu pun mengutarakan kekecewaannya.
Menurut Wiantara, seharusnya tiket pesawat atau minimal kode booking sudah menjadi pegangan para mahasiswa ini dari beberapa hari sebelum keberangkatan.
"Saya sangat memahami perasaan semua pihak, baik mahasiswa dan dosen. Yang disayangkan adalah komunikasi yang tidak intens yang meyebabkan ketidakjelasan hingga hari H," ujar Wiantara.
Menurut pihak jurusan sendiri, hal ini sedang dalam proses pelaporan ke Pihak Polresta Denpasar terkait dugaan penipuan yang mereka alami.
Namun hingga saat ini Ketua Program Studi Sastra Inggris Universitas Udayana, Ni Luh Ketut Mas Indrawati, belum bisa dimintai keterangan.
Lewat pesan singkatnya ia berpesan bahwa belum bisa memberi konfirmasi dikarenakan sedang dalam proses pelaporan ke Polresta Denpasar, Bali.
"Saat ini pihak jurusan sudah mengurus ini ke Polresta. Kami dari pihak jurusan akan bertanggung jawab," ujar Sri Malini, salah seorang dosen Sastra Inggris Universitas Udayana yang datang sore itu.
Saat dikonfirmasi, Kasat Reskrim Polresta Denpasar, Kompol Reinhart Habonaran Nainggolan, pun belum bisa memberikan keterangan lebih jauh.
Menurutnya kasus tersebut masih diproses hingga kini.
"Sampai saat ini masih diproses. Laporan sudah masuk, ini masih dalam penyidikan," ujar Reinhart. (*)