Young Gen
GIN Ajak Siswa Berbicara dan Bergerak untuk Lingkungan
Acara ini memberi kesempatan kepada orang-orang Bali hingga luar Indonesia sebagai pembicara terkait isu lingkungan.
Laporan Wartawan Tribun Bali, Luh De Dwi Jayanthi
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Global Initiatives Network (GIN) Youth Conference diadakan di Canggu Community School 16-18 Oktober 2015.
Acara ini memberi kesempatan kepada orang-orang Bali hingga luar Indonesia sebagai pembicara terkait isu lingkungan.
GIN merupakan acara untuk mengenalkan kepada siswa agar bergerak mewujudkan bumi yang lebih baik.
Belajar mengenai penyelamatan lingkungan, pertanian berkelanjutan, menjaga budaya dan sejarah.
Adapun peserta yang hadir dalam workshop ini berasal dari Indonesia, Thailand, Vietnam, Australia dan Kamboja.
Kayti Denham, Ketua Panitia GIN 2015 mengaku persiapan acara ini dimulai sejak Januari.
“Saya banyak mengalami hambatan dalam mempersiapkan acara ini. Saya akhirnya memperpanjang waktu penyelenggaraannya karena harus mempromosikan dan mencari orang yang tertarik untuk ikut,” tuturnya kepada Tribun Bali, Kamis (23/10/2015).
Menurut Kayti, secara keseluruhan semua berjalan baik, banyak yang tertarik untuk bergabung, seperti dari Hongkong, Singapura, Thailand, Jakarta.
“Saya sangat mengapresiasi mereka yang datang, apalagi dengan komunitas yang berasal dari luar pulau,” ujar Kayti.
Materi workshop yang disampaikan itu dari Bye Bye Plastic Bag dan Made Bayak.
“Mereka merupakan orang yang memiliki komitmen untuk menyelamatkan lingkungan di Bali,” tutur Victoria Kosasie, Senior Leaders Team GIN 2015.
Selain Workshop, GIN 2015 ini juga ada Food Fair Day yang mana setiap anak diminta untuk membawa makanan khas dari negerinya.
“Kalau dari Belanda ya bikin makanan khas Belanda, nanti saling tuker ke temannya,” ujarnya.
Dalam kegiatan ini, Victoria beserta timnya juga mengidentifikasi minat teman-temannya tentang keinginan mereka untuk mengangkat isu apa dalam workshop.
“Kami mengalami kesulitan ketika menampung apresiasi teman-teman. Tapi kami tidak dilepas begitu saja, dalam perjalannya juga dibantu oleh guru,” jelas Victoria, Kelas 11 Secondary (setara kelas 10 nasional).
Sutaningrat Puspa Dewi, Wakil KSP Canggu Community School mengatakan melalui kegiatan ini diharapkan dapat mencetak anak-anak untuk berpikir kritis, mencari tau apa yang ada di sekitarnya.
“Setiap kejadian yang aneh menurut mereka maka langsung mencari tahu sendiri dan memikirkan solusi. Ini akan lebih baik untuk menghasilkan peneliti muda sebagai penerus bangsa,” tutur Puspa Dewi.(*)
