Hari Saraswati
Tidak Untuk Ditiru, Para Pria di Kubutambahan Buleleng Ini Kebal Lehernya Digorok Pedang
Tradisi ini mengerikan. Sejumlah pria di Kubutambahan, Buleleng melakukan ritual gorok leher setiap Hari Saraswati.
Penulis: Lugas Wicaksono | Editor: Irma Yudistirani
Ia mengakui mendapat kekuatan alam tersebut semenjak 14 tahun silam.
Yakni ketika ia berusia 27 tahun.
Saat itu, ia didiagnosa dokter menderita sakit gagal ginjal dan harus cuci darah untuk bertahan hidup.
Sesaat sebelum cuci darah, ia mimpi didatangi orangtuanya beserta beberapa orang.
Dari mimpi itu, ia mendapatkan sesuatu yang menjadi nyata.
Sesuatu yang ada di dalam mimpi itu berada di dalam kamarnya.

Sejumlah pria kebal saat bagian tubuhnya digorok pedang saat melaksakan ritual di Banjar Kaja Kangin, Desa/ Kecamatan Kubutambahan, Buleleng, Bali, Sabtu (28/9/2015) petang. (Tribun Bali/ Lugas Wicaksono)
Ia diminta untuk menggunakannya untuk kesembuhan.
“Setelah saya lakukan, berangsur sakit saya hilang, dokter sampai heran, di mana berobat selain di sini?,” ungkapnya.
Mulai dari situ Brit berpetualang menyusuri hutan, gua, dan perbukitan untuk lebih mengenal alam.
Sampai pada akhirnya ia menemukan kekuatan alam dan mempelajarinya.
“Di sini sebenarnya untuk pengobatan, bukan untuk pamer kekebalan. Ada datang ke sini sakit, habis kecelakaan, ada masalah keluarga, bisa sembuh atau untuk rejeki. Sumber kekuatannya ya dari alam,” katanya.
Kini ada sekitar 50 orang ikut dirinya untuk melaksanakan ritual itu.
Namun ia membatasi dan tidak sembarangan menerima orang untuk bergabung.
“Mau gak dia mempelajari agama Bali, ajaran leluhur, ajaran ke dalam. Kadang orang itu sulit sekali untuk mau mempelajari ajaran leluhur,” ucapnya.
“Ini ritual biasa, sembahyang biasa, penyerahan diri, pemujaan kita kepada Tuhan baru yang di Atas masuk ke kita,” ujarnya.