Kasus Pedofilia di Bali

Anak-anak Lugu dan Polos di Pedesaan Jadi Sasaran Empuk Bule Pedofil

Mengapa sasarannya di Bali, karena barangkali di negara mereka susah untuk melakukannya. Jadi sambil liburan, mereka membuat kegiatan

Penulis: Ni Ketut Sudiani | Editor: Ida Ayu Made Sadnyari
Antara
Pelaku pedofilia, Robert Andrew Fiddes Ellis (70), warga asal Australia 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Anak-anak lugu dan polos di daerah pedesaan menjadi sasaran empuk sindikat pedofilia internasional.

Umumnya korban berasal dari keluarga miskin sehingga sangat mudah dibujuk dengan iming-iming hadiah.

(Bali Surga Sindikat Pedofilia, Korban Utama Anak Tukang Suun di Pasar Badung)

“Mengapa sasarannya di Bali, karena barangkali di negara mereka susah untuk melakukannya. Jadi sambil liburan, mereka membuat kegiatan dan mulai mencari cara, seperti mengiming-imingi anak-anak,” terang Dr Gde Made Swardhana SH MH, Kriminolog Fakultas Hukum Universitas Udayana, Denpasar, Bali, Rabu (13/1/2016).

(8 WNA Pelaku Pedofilia Tertangkap, Korban Philip Anak SMP dan SMA)

Menurut Swardhana, yang menjadi korban dalam kasus seperti ini pastilah anak-anak, khususnya mereka yang tidak tahu apa-apa.

Para pelaku mencari anak yang polos.

Mereka awalnya akan diajak untuk bermain, dibelikan permen, sehingga mereka akan tertarik.

Seandainya pun sang anak menolak, pelaku tidak akan memaksa.

“Orang Bali itu, terutama yang di daerah pedesaan, mereka sangat polos, tidak tahu apa-apa. Ya, mereka senang saja dengan orang asing. Melihat orang aneh, kulit putih, apalagi begitu ramah, baik, dan bermurah hati, mau belajar bahasa Bali atau Indonesia, mereka pasti senang. Apalagi kalau anak-anak ini di rumahnya tidak mendapatkan apa-apa. Orangtua pun tidak akan ngeh kalau ada yang janggal, mereka tidak akan curiga dan bahkan bisa sangat percaya dengan orang asing itu,” jelasnya.

Dia menekankan, jika melihat orang asing yang tinggal di pedesaan seorang diri, bukan dengan cara mengelompok, patut untuk dicurigai.

Apalagi jika ada yang menawarkan berbagai bantuan.

Warga setempat perlu mewaspadai gerak-geriknya.

"Persoalan ini banyak terjadi Singaraja dan Karangasem, biasanya di daerah yang kurang mampu. Pedofil ini hanya satu dari sekian dampak pariwisata,” ungkap Swardhana, sembari meminta agar pelaku pedofilia dihukum berat supaya adil. (*)

Info ter-UPDATE tentang BALI, dapat Anda pantau melalui:

Like fanpage >>> https://www.facebook.com/tribunbali

Follow >>> https://twitter.com/Tribun_Bali

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved