Amokrane Sabet Tewas Ditembak di Bali
Dipertanyakan Kebrutalan Amokrane Dihujani 15 Tembakan Hingga Tewas, Ini Penjelasannya
Terdengar suara tembakan dari polisi sebanyak 15 kali. Dipertanyakan mengapa polisi sampai memberondong Amok dengan belasan peluru tajam.
Laporan Wartawan Tribun Bali, I Gusti Agung Bagus Angga Putra
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Kepala Bidang (Kabid) Humas Polda Bali, Kombespol Hery Wiyanto mengklarifikasi tudingan bahwa kepolisian bertindak sangat brutal, sehingga menyebabkan kematian Amokrane Sabet, warga Prancis yang sebelumnya suka membuat onar di Berawa, Canggu, Badung, Bali.
(Ternyata Polisi Gung Sudi Ini Pembawa Surat Panggilan yang Langsung Dirobek Amokrane)
Dalam video amatir yang tersebar luas di dunia maya mengenai proses Amok dibekuk, terlihat bahwa warga Prancis itu diberondong belasan peluru.
(Hari Kepergian Polisi Ditikam Amokrane, Sang Putri: Tumben Ajik Nggak Marah Telat Mebanten)
Terdengar suara tembakan dari polisi sebanyak 15 kali.
(Pasca Kematian Amokrane, Seorang Netizen: Sepi Banget Store Hari Ini, Jadi Inget Si Karmapala)
Dipertanyakan mengapa polisi sampai memberondong Amok dengan belasan peluru tajam.
Sekretaris Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas), Safriyadi Cut Ali, meminta kepada Polda Bali untuk melakukan investigasi supaya tidak ada kesan bahwa polisi bertindak emosional dan bukan profesional dalam tewasnya Amokrane Sabet.
(Curhat Netizen Beberkan Kebiasaan Amokrane saat Belanja, Menanggap Diri Tuhan, Dijuluki Mr Karma)
“Jangan sampai ada kesan bahwa karena seorang polisi mati di tangan warga Perancis itu, lalu si pelaku harus mati juga. Jangan sampai muncul kesan seperti itu. Jadi, harus dilihat apakah penembakan yang akibatkan tewasnya warga Prancis itu sudah dilakukan sesuai prosedur,” kata Sekretaris Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas), Safriyadi Cut Ali, seperti diberitakan metrotv, Selasa (3/4/2016) kemarin.
Menurut Hery Wiyanto, kepolisian amat berhati-hati ketika mengambil tindakan.
Alasannya, polisi tidak ingin gegabah dan membuat kegaduhan, karena lokasi tempat Amokrane berusaha ditangkap merupakan tempat pariwisata, sehingga polisi tidak ingin ada wisatawan yang terusik.
“Lima belas kali tembakan itu, mungkin ada di antaranya berupa peluru karet untuk melumpuhkan. Kondisi pelaku saat itu brutal dan beringas sampai menikam anggota kita sebanyak delapan kali. Saya kira kondisinya sangat situasional dan petugas di lapangan yang menentukan tindakan yang diambil,” kata Hery.
Berkali-kali ia mengatakan bahwa polisi sudah bertindak sesuai dengan prosedur.
Ketahanan fisik Amok yang tetap tegap meski sudah berupaya dilumpuhkan dengan peluru karet, pun keberingasannya menikam Gung Sudi, membuat petugas di lapangan kemudian terpaksa memberondong Amok dengan peluru tajam.
Kata Hery, polisi sudah membuat sejumlah skenario dan sudah melakukan rapat koordinasi terlebih dahulu untuk membahas apa saja yang harus dilakukan di lapangan terkait upaya membekuk Amok.
Rencana-rencana pun sudah disimulasikan.
Termasuk membawa peralatan-peralatan yang sifatnya melumpuhkan Amok dan bukan menghabisinya.
“Kita sudah memenuhi prosedur tetap yang ada, dari menggunakan peluru hampa, peluru karet dan terakhir kalau sudah membahayakan bahkan anggota kita dibunuh, bahkan Amok masih berdiri. Kita takutkan ada korban lain karena di situ juga ada masyarakat umum. Sehingga pimpinan di lapangan mengambil tindakan dengan melumpuhkannya. Keinginan kita sebenarnya datangi dia dengan tujuan damai, mengajak dia baik-baik ke kantor. Tetapi Amokrane sendiri lah yang brutal kepada kita,” urainya.(*)