Ida Pedanda Gunung Wafat
Ida Pedanda Istri Raka Teruskan Tugas Mendiang Ida Pedanda Gunung
Konsep pengambilan tugas ini berdasarkan tradisi di Griya Gede Purnawati Kemenuh.
Penulis: I Putu Darmendra | Editor: Ida Ayu Made Sadnyari
TRIBUN-BALI.COM, GIANYAR - Kremasi jenazah Ida Pedanda Gede Made Gunung akan digelar secara sederhana pada 21 Juli 2016.
Namun, sebelumnya mendiang akan mabersih pada 5 Juni 2016 tepat rahina Tilem.
(Minta Tanpa Bade, Wasiat Ida Pedanda Gunung: ‘Kalau Aji Meninggal Nanti, Tolong!’)
Sebelum menjadi pandita, mendiang Ida Pedanda Gede Made Gunung yang memiliki nama walaka Ida Bagus Gede Suamem, adalah seorang guru sejak tahun 1974.
(Sedih, Begini Kronologi Ida Pedanda Gunung Sakit Hingga Hembuskan Napas Terakhir)
Dalam perjalanan hidupnya, ia lalu berguru ihwal keagamaan kepada Ida Pedanda Putu Kemenuh dari Griya Tulikup Gianyar.
(Ida Pandita Mpu Ini Mengaku Kehilangan Pencetus Dharma Wacana Ida Pedanda Gunung)
Karena sudah merasa akan sibuk dalam ranah agama, setahun sebelum mediksa Ida berencana berhenti menjadi guru pengajar untuk fokus mengayomi umat.
Setelah proses pembelajaran agamanya dianggap sudah matang, ia pun di-diksa pada 27 Oktober 1994 dengan gelar dwijati Ida Pedanda Gede Made Gunung.
"Menjelang malinggih, aji menyampaikan akan mengundurkan diri dari pekerjaan guru. Aji ingin fokus menjadi rohaniwan," tutur Ida Bagus Made Purwita (40), anak kedua Ida Pedanda.
Namun Bupati Gianyar kala itu, Tjokorda Gde Budi Suryawan yang memimpin pada 1993-2003, tidak mengizinkannya untuk berhenti mengajar.
Bupati meminta dia untuk tetap mengajar, dan permintaan disanggupi.
Ida Bagus Gede Suamem lalu dipindahtugaskan ke pasraman di wilayah Mengening Tampaksiring.
"Ada kemurahan hati bupati saat itu, aji diminta tetap mengajar tapi dipindahkan ke pasraman. Aji baru pensiun dari pegawai negeri sipil pada tahun 2005. Masa-masanya selama itu adalah mengajar di pasraman bukan di sekolah formal," tutur Gus Purwita.
Kata Gus Purwita, almarhum adalah wiku yang berikhtiar meneruskan ajaran Ida Bhatara Dang Hyang Dwijendra untuk memperbaiki keadaan umat di Bali, khususnya dalam pasemetonan wangsa brahmana.
Melihat kisruh di Bali saat ini, Ida pun sampai meminta agar umat kembali rukun.
"Beliau adalah pribadi yang tegas, disiplin dan punya tekad melanjutkan konsep Ida Bhatara Dang Hyang Dwijendra agar kita rukun bersaudara selaku warih. Beliau memiliki prinsip mengabdi kepada umat secara total," tutur Gus Purwita.
Kini setelah Ida Pedanda Gede Made Gunung lebar (meninggal), tanggung jawab kesulinggihan akan dilanjutkan oleh Ida Pedanda Istri Raka yang sebelumnya berperan sebagai Tapini.
Konsep pengambilan tugas ini berdasarkan tradisi di Griya Gede Purnawati Kemenuh.
Siang kemarin, Ida Pedanda Istri Raka tampak tegar.
Ida dipeluk sulinggih istri lainnya.
"Sekarang masih ada Ida Pedanda Istri Raka yang akan menggantikan tugas-tugas aji. Jika lebar (dumogi panjang yusa), tidak boleh lebih dari tiga tahun harus ada regenerasi. Niki tradisi, leluhur kami juga begini," ujarnya.
Ida Pedanda Gede Made Gunung memiliki empat anak.
Anak pertama bernama Ida Ayu Gede Padmawati Suamem menikah ke Griya Simpangan Beji, Pejaten Tabanan.
Anak ketiga bernama Ida Ayu Ketut Puspitawati Suamem menikah ke Griya Gede Mas, Banjar Kawan, Desa Mas Ubud.
Anak keempat bernama Ida Ayu Putu Purnawati Suamem menikah ke Griya Pasekan Tabanan.
Ida Bagus Made Purwita yang merupakan anak kedua dan sempat diminta agar pensiun muda oleh ayahnya untuk segera mematangkan diri sebagai persiapan mediksa nanti.
Ia adalah anak laki satu-satunya yang akan meneruskan regenerasi sulinggih di Gria Gede Purnawati Kemenuh.
"Sekarang saya sudah 40 tahun. Saya pensiun nanti umur 58 tahun. Dulu aji minta agar saya pensiun muda. Aji merencanakan saat umur saya 55 tahun," ujar PNS di Biro Kesra Bagian Budaya Pemprov Bali ini.(*)