Ida Pedanda Gunung Wafat

Candaan Terakhir Ida Pedanda Gunung Dikenang Mantan Bupati Anak Agung Gde Agung

Gde Agung mengatakan, memanah naga banda adalah puncak karir tertinggi bagi seorang wiku.

Penulis: I Putu Darmendra | Editor: Ida Ayu Made Sadnyari
Tribun Bali/I Putu Darmendra
Tokoh Puri Ageng Mengwi AA Gde Agung melayat ke Gria Gede Purnawati Kemenuh, Banjar Tengah, Blahbatuh, Gianyar, Kamis (19/5/2016). 

TRIBUN-BALI.COM, GIANYAR – Pengelingsir Puri Ageng Mengwi Badung, Anak Agung Gde Agung datang melayat ke Gria Gede Purnawati Kemenuh, Banjar Tengah, Desa Blahbatuh, Gianyar, Bali, Kamis (19/5/2016) siang kemarin.

Mantan Bupati Badung ini mengaku keluarga besarnya berutang budi kepada sosok Pedanda Gunung. 

Gde Agung mengaku hubungannya tidak sebatas personal.

Ia mengaku memiliki utang budi yang teramat besar terhadap mendiang.

Ia mengisahkan, Pedanda Gunung adalah satu di antara dua sulinggih yang memanah naga banda saat pelebon almarhum ayah Gde Agung, Ida Tjokorda Mengwi, raja ke-13 Mengwi yang lebar tahun 2001.

Gde Agung mengatakan, memanah naga banda adalah puncak karir tertinggi bagi seorang wiku.

Kala itu, tugas mulia tersebut lalu diserahkan kepada Ida Pedanda Gede Kekeran dan Ida Pedanda Gede Made Gunung.

"Memanah naga banda adalah karir tertinggi dalam perjalanan seorang sulinggih. Posisi yang sangat terhormat. Dari keluhuran beliau terhadap orang tua kami, rasanya utang yang tak terbayarkan, kami berutang budi," ungkap Gde Agung.

Hubungan antara Puri Ageng Mengwi dan Ida Pedanda Gunung terus berlanjut setelahnya.

Dalam setiap upacara penting, Pedanda Gunung selalu memimpin sampai memberikan pencerahan terhadap keluarganya.

Ihwal ini membuat mendiang diganjar gelar sebagai bhagawanta puri.

Bukan hanya itu saja, sosok sulinggih yang dikenal dengan pola pikir dan laku diri sederhana itu adalah panasehat Gde Agung selama ini.

Itu terjadi saat ia belum menjabat sebagai bupati sampai saat memimpin Kabupaten Badung selama dua periode.

Ketika ia merasakan kegundahan hati, acap kali sosok almarhum memberikan tuntunan.

Terakhir kali keluarga besar Puri Ageng Mengwi bersua dengan sang wiku ketika piodalan di Pura Samuantiga beberapa waktu lalu.

Saat itu, Pedanda Gunung dengan perangainya yang ramah berseloroh melontarkan canda.

"Beliau berseloroh mengatakan, 'wah ini saput poleng gadang sampai juga ke Pura Samuantiga'. Saput poleng gadang adalah seragam kami di Puri Ageng Mengwi. Saat itu kami hadir dengan keluarga besar dan membuat kami tertawa," tutur Gde Agung. (*)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved