‘Ngulapin’ Prosesi Pemanggilan Roh Dari Segara

Sesampainya di pinggir pantai merekapun memanggil roh yang sebelumnya berstana di laut untuk dipanggil, disucikan dan distanakan

Penulis: A.A. Gde Putu Wahyura | Editor: Eviera Paramita Sandi
Tribun Bali / AA Gde Putu Wahyura
Prosesi Ngulapin sebagai awal dari Upacara Mamukur Puri Peguyangan di Pantai Padanggalak, Sanur, Denpasar, Bali, Senin (4/6/2016). 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Ratusan krama dari Desa Peguyangan tampak memadati pantai Matahari Terbit, Sanur, Bali.

Mereka tampak memegang adegan lengkap dengan sanga urip yakni wadah berupa bokor berisi hiasan bunga yang terbuat dari sebilah papan cendana atau majegau tipis dimana telah dilukis dahulu dengan gambar seorang pria atau wanita sesuai jenis kelamin mendiang.

Adegan ini sebagai lambang berstananya roh ketika dipanggil dari segara (laut).

Setelah mereka melakukan persembahyangan bersama di pinggir pantai, mereka pergi ke bibir pantai dengan adegan sanga urip tersebut dan membasuh wadah tersebut dengan air laut.

Sesampainya di pinggir pantai merekapun memanggil roh yang sebelumnya berstana di laut untuk dipanggil dan disucikan serta distanakan di adegan tersebut.

“Mriki mek mulih, suud sirep driki (kesini ibu pulang, selesai tidur di segara),” jelas seorang masyarakat di Pantai Matahari Terbit, Denpasar, Bali, Senin (4/6/2016).

Manggala Karya Mamukur Puri Peguyangan, A.A. Ngurah Manik Wirayuda menjelaskan bahwa prosesi ini disebut dengan ngulapin, yakni prosesi pemanggilan roh untuk diajak pulang kerumah yang sebelumnya berstana di segara (alam) selepas upacara pengabenan.

Dalam agama Hindu penghormatan kepada leluhur sangatlah kental dilaksanakan, maka dari itu sebelum mamukur leluhur yang telah meninggal belum bisa berstana di rumah masing-masing barulah setelah mamukur roh leluhur yang telah meninggal distanakan.

“Ngulapin ini adalah proses memanggil roh untuk diajak pulang ke rumah untuk disucikan. Sekarang ini namanya atma wedana yakni roh disucikan. Ini adalah prosesi awal dari memukur,” jelas Wirayuda.

Dijelaskannya dalam kegiatan ngulapin dan mamukur Puri Peguyangan tahun 2016 ini diikuti oleh 65 krama baik dari pasemetonan Agung Puri Paguyangan, krama Desa Peguyangan, dan luar Peguyangan.

Adapun setelah prosesi ngulapin ke segara ini akan dilanjutkan dengan upacara ngangget don bingin pada tanggal (7/6/2016), sedangkan upacara puncak yakni metatah dan mamukur pada tanggal (10/6/2016). (*)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved