Jembatan Cinta Nusa Lembongan Putus
8 Orang Tewas di Jembatan ‘Cinta’ Nusa Lembongan Bertepatan Dengan Peringatan Nyepi Segara
Selama 24 jam, warga tidak boleh melakukan aktivitas di laut seperti menangkap ikan, memanen rumput laut, maupun aktivitas penyeberangan
Penulis: Aloisius H Manggol | Editor: Aloisius H Manggol
TRIBUN-BALI.COM, SEMARAPURA – Kasus putusnya Jembatan Kuning yang menghubungkan Pulau Nusa Lembongan dan Pulau Nusa Ceningan mengegerkan publik terutama, karma Bali, Minggu (16/10/2016) malam.
Apalagi, musibah itu memakan korban sebanyak 8 orang meninggal, 2 orang luka berat, dan 22 orang luka ringan.
Musibah ini terjadi tepat pada pelaksanaan tradisi Nyepi Segara.
Baca: VIDEO: Detik-Detik Jembatan ‘Cinta’ Nusa Lembongan Bali Putus, Suara Tangisan Dimana-Mana!
Baca: Berikut Nama-Nama Korban Tewas Akibat Putusnya Jembatan ‘Cinta’ Nusa Lembongan Bali
Baca: BREAKING NEWS: 9 Orang Tewas Akibat Putusnya Jembatan ‘Cinta’, Didominasi Umat Hindu!
Sejak pukul 06.00 Wita, warga di Nusa Penida menggelar tradisi Nyepi Segara.
Tidak seperti nyepi pada umumnya yang dilaksanakan di daratan, nyepi segara di Nusa Penida dilaksanakan di laut.
Selama 24 jam penuh, warga tidak boleh melakukan aktivitas di laut seperti di menangkap ikan, memanen rumput laut, maupun aktivitas penyeberangan penumpang maupun barang di laut.
“Nyepi Segara ini adalah bentuk penghormatan kita, terhadap alam. Selama ini laut adalah sumber kehidupan masyarakat disini, yang memberikan kelimpahan rejeki bagi masyarakat kami. Sehingga, sebagai umat manusia yang sangat tergantung dengan laut, kita laksanakan Nyepi Segara, yang tidak lain untuk menghaturkan puji syukur sebagai atas karuniaNya. Dengan cara membebaskan laut dari berbagai aktivitas manusia selama sehari penuh,” Jelas Mangku Nyoman Dunia di Pura Batumedawu.
Tradisi Nyepi Segara di Nusa Penida dilaksanakan setiap tahun, serangkaian upacara ngusaba di Pura Penataran Ped, di Desa Ped dan Pura Batumedawu, di Dusun Semaya, Desa Suana, Nusa Penida.
Biasanya, Nyepi Segara dilaksanakan setelah puncak Ngusaba yang jatuh pada Rahina Buda Paang.
Setelah 4 hari dari puncak karya, dilaksanakan Nyepi Segara yang merupakan rangkaian upacara pembersihan buana alit dan buana agung di segara.