Jembatan Cinta Nusa Lembongan Putus
Pakai Sampan Menyeberang ke Lembongan, Anak Sekolah Minta Digratiskan
Untuk menggunakan sampan, warga harus membayar Rp 5.000 sampai Rp 10.000 untuk sekali menyeberang.
Penulis: Eka Mita Suputra | Editor: Ida Ayu Made Sadnyari
TRIBUN-BALI.COM, SEMARAPURA - Pasca runtuhnya Jembatan Kuning, lalu-lintas penyeberangan antara Nusa Lembongan dan Nusa Ceningan dilakukan dengan menggunakan sampan yang banyak ditemui di sekitar Jembatan Kuning.
Untuk menggunakan sampan, warga harus membayar Rp 5.000 sampai Rp 10.000 untuk sekali menyeberang.
Sedangkan sepeda motor dikenai biaya hingga Rp 25.000.
Baca: Gagak Hitam Bawa Firasat Pilu, Gede Sulianta Kehilangan Dua Putrinya Sekaligus
Baca: Kisah Pilu Korban Jembatan Cinta, Komang Sudiarta Selamat Setelah Merobek Baju
Beberapa warga sejak Senin pagi (17/10/2016) sudah tampak ramai menyeberangkan sepeda motornya dengan menggunakan sampan dari Lembongan menuju Nusa Ceningan atau sebaliknya.
Pengeluaran untuk biaya menyeberang ini dinilai cukup memberatkan bagi anak-anak sekolah.
Sebagian besar siswa dan siswi di Nusa Ceningan bersekolah di wilayah Nusa Lembongan.
Karena itu, pasca runtuhnya Jembatan Kuning, kini mereka harus menyiapkan pengeluaran ekstra untuk biaya pulang-pergi sekolah.
“Bolak-balik menyeberang kena Rp 10.000. Padahal, selama ini kami cukup jalan kaki atau naik sepeda. Kasihan orangtua kami, karena kami juga masih harus diberi uang jajan,” ujar Gede Widya Permana Putra, siswa asal Nusa Ceningan yang bersekolah di SMA Wisata Dharma Nusa Lembongan.
Tiadanya jembatan itu juga membuat siswa-siswi di Nusa Ceningan harus berangkat lebih pagi ke sekolah, karena mereka harus mengantre untuk menyeberang dengan sampan ke Lembongan.
Begitu juga sebaliknya.
“Kalau kondisinya seperti ini dalam waktu lama, kasihan orang tua kami,” kata Widya Permana.
Menanggapi kondisi ini, Perbekel Nusa Lembongan I Ketut Gede Arjaya meminta pemerintah untuk memberikan bantuan shuttle boat guna mempercepat lalu lintas dari Nusa Lembongan ke Nusa Ceningan dan sebaliknya.
“Idealnya kita butuhkan dua unit shuttle boat, sembari menuggu ada jembatan baru yang dibangun. Tapi, saya rasa jembatan baru itu masih akan lama terwujud,” ucap Ketut Gede Arjaya, Senin (17/10/2016)