Pertama Di Bali! RSUP Sanglah Terapkan Sistem Bridging

Sistem bridging ini bertujuan untuk mengurangi jeda waktu yang digunakan yaitu pada saat menunggu hasil pemeriksaan

Penulis: Sarah Vanessa Bona | Editor: Eviera Paramita Sandi
TRIBUN BALI / SARAH VANESSA BONA
Ilustrasi penanganan pasien di RSUP Sanglah, Denpasar, Bali 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR  - Proyek Bridging Hasil Pemeriksaan Penunjang Medis Pada SIMRS Untuk Meningkatkan Keselamatan Pasien berhasil membawa RSUP Sanglah meraih PERSI Award untuk kategori Innovation Health  Care IT Project.

Dalam salah satu kategori PERSI Award itu, tim RSUP Sanglah membuat suatu proyek berupa melakukan suatu bridging (penjembatanan) pada sistem pemeriksaan penunjang di rumah sakit. 

Belum ada RS lain di Bali selain RSUP Sanglah yang menerapkan sistem bridging tersebut, Selasa (24/10/2016).

Staff Electronic Data Processing (EDP) RSUP Sanglah sekaligus peserta PERSI Award, Putu Gede Panji Kresna, menjelaskan beberapa sistem pemeriksaan penunjang yang dilakukan bridging meliputi laboratorium PK, mikrobiologi, patologi anatomi, dan radiologi. 

Semua sistem pemeriksaan penunjang kemudian dimasukkan ke dalam sistem SIMRS agar menjadi satu integrasi. 

Sistem bridging ini bertujuan untuk mengurangi jeda waktu yang digunakan yaitu pada saat menunggu hasil pemeriksaan penunjang selesai dilakukan. 

Apabila sebelumnya hasil lab harus dibawa keluar dari laboratorium menuju ruang perawatan atau ruang dokter, dengan adanya sistem bridging hal itu tak perlu dilakukan lagi. 

Panji memberikan contoh yaitu saat hasil dari poliklinik dibawa ke lab dan hasil lab kembali dibawa ke ruangan dokter atau poliklinik. 

"Dengan proyek ini begitu hasil lab keluar akan langsung terintegrasi dengan sistem TI yang bisa langsung dibaca oleh dokter di ruangannya. Jadi hasil fisiknya tidak harus dipindah-pindah/bolak-balik lab dan poli," urai Panji.

Hasil sistem bridging tersebut juga efektif mengurangi waktu tunggu dan mempercepat dokter mendapat data hasil pemeriksaan. 

"Kita mencoba sesuatu yang baru dimana mengintegrasikan sistem di laboratorium dengan sistem di RS," tutur Pandji.

Panji mengatakan belum ada RS lain di Bali yang melakukan sistem bridging ini selain RSUP Sanglah.

Sistem bridging tersebut sudah diterapkan RS sejak Maret 2016.

Meski demikian, sistem bridging tersebut baru dapat dilakukan pada pasien rawat inap. 

Sedangkan pasien rawat jalan belum bisa mendapatkan layanan sistem bridging tersebut.
"Kalau antrean rawat jalan berbeda lagi sistemnya. sistem bridging ini dikhususkan untuk rawat inap dan IGD dimana pasien butuh penanganan segera dan biasanya kritis," ujar Panji.

Direktur Umum dan Operasional RSUP Sanglah, Dra Nining Setyawati MSi, menjelaskan terdapat metode lain bagi pasien rawat jalan agar tidak mengantre terlalu lama di RS. 

Metode pertama ialah memisahkan antrean antara pasien manula dan pasien bayi. 

Metode kedua ialah membuka loket administrasi dan poliklinik lebih pagi lagi yaitu mulai jam 07.00 WIta. 

"Antrean lama di poliklinik rawat jalan tergantung karena proses pemeriksaan yang berbeda sehingga kadang memakan waktu lama. Tidak bisa disamakan dengan pasien yang dirawat inap yang biasanya kritis sehingga harus diutamakan menggunakan sistem bridging ini," jelas Nining. (*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved