Citizen Reporter
Pawai Ogoh-Ogoh Keliling Denpasar, Wisman Australia pun Terpesona
Stefani, wisatawan asal Australia, mengaku antusias dan sangat senang menyaksikan pawai Ogoh-Ogoh yang pertama kali ia saksikan.
Oleh: Herdian Armandhani
Denpasar, Bali
DENPASAR – Satu hari sebelum perayaan Hari Raya Nyepi 1939 Caka yang jatuh pada Selasa
(28/3/2017) Umat Hindu di Bali rutin melakukan tradisi pawai Ogoh-Ogoh.
Seperti yang terlihat di Kota Denpasar tepatnya di Sekitaran Jalan Imam Bonjol sampai Jalan
Thamrin (Depan Puri Pemecutan).
Ratusan Ogoh-Ogoh dari berbagai Banjar diarak berkeliling Kota Denpasar, Bali.
Tak tanggung-tanggung berbagai jenis ukuran Ogoh-Ogoh dari mulai minimalis hingga super besar
hadir di tengah-tengah Warga Kota Denpasar yang berkerumun sejak pukul 18.00 wita.
Ogoh-ogoh merupakan replika raksasa berbentuk Bhutakala, tokoh pewayangan, ataupun Dewa dalam
ajaran Hindu yang terbuat dari anyaman bambu atau bahan lainnya.
Iringan musik gamelan Bali dari Sekaa Baleganjur tiap Banjar meramaikan pawai Ogoh-Ogoh.
Pawai Ogoh-Ogoh menjadi salah satu daya tarik wisatawan lokal maupun mancanegara yang ingin
merayakan hari Raya Nyepi di Bali.
Kreativitas masyarakat Bali yang membuat Ogoh-Ogoh membuat takjub wisatawan yang menyaksikan pawai
Ogoh-Ogoh.
Stefani, wisatawan asal Australia, mengaku antusias dan sangat senang menyaksikan pawai Ogoh-Ogoh
yang pertama kali ia saksikan.
“Pawai Ogoh-Ogoh sangat menarik sekali, begitu artistik, dan saya sangat senang bisa merayakan
Nyepi di Bali,” katanya dengan bahasa Indonesia.
Ogoh-Ogoh yang telah diarak berkeliling Kota, selanjutnya akan dibakar di setra (Kuburan).
Ogoh-ogoh merupakan simbol cerminan sifat-sifat negatif pada diri manusia.
Sehingga membakar Ogoh-Ogoh usai dilakukan pawai berkeliling diharapkan bisa menetralisir unsur-
unsur kekuatan jahat.
Pawai Ogoh-Ogoh tidak hanya dilakukan di Bali saja, namun dialksanakan oleh Umat Hindu yang
bermukim di Kota-Kota Indonesia lainnya. (*)