Dharma Wacana
Siapa yang Seharusnya Diruwat Wayang Sapuh Leger? Termasuk Kelahiran Lintang Salah Ukur
Mengapa? Latar belakang filosofi, ideologi dan spiritnya adalah, bahwa sesungguhnya Wuku Wayang itu kalau kita lihat dari Wuku yang jumlahnya 30
Penulis: I Wayan Eri Gunarta | Editor: Ida Ayu Made Sadnyari
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Secara umum, pementasan wayang Sapuh Leger hanya diperuntukkan untuk ruwatan bagi mereka yang lahir di Tumpek Wayang.
Mengapa? Latar belakang filosofi, ideologi dan spiritnya adalah, bahwa sesungguhnya Wuku Wayang itu kalau kita lihat dari Wuku yang jumlahnya 30, Wayang berada pada urutan ke 27.
Perlu diketahui, Wuku ke 27 itu merupakan tumpek terakhir.
Bila berbicara arah mata angin, 2+7=9.
Jadi dengan demikian, tumpek ini memiliki kekuatan maksimal.
Kalau dari segi aspek Wuku Wayang, wayang itu sendiri memiliki arti bayangan.
Bayangan itu sama dengan maya/tidak sesungguhnya/pantulan dari yang sebenarnya.
Karena nilainya maksimal, maka siapa yang lahir pada wuku itu, secara mitologi akan menerima kekuatan pantulan maksimal dari maya, bukan dari kekuatan asli Tuhan.
Maka oleh sebab itulah, orang itu harus diruwat dengan ritual Sapuh Leger.
Secara etimologi, Sapuh Leger adalah Sapu yang berarti membersihkan dan leger artinya mala (kotor).
Jadi sapuh Leger tersebut bertujuan untuk membersihkan segala mala yang dibawa manusia dari hari kelahirannya.
Tapi kalau kita berbicara masalah kelahiran setiap mahkluk, semua sebenarnya yang lahir ini adalah kekuatan maya.
Dalam artian, kita ini lahir karena nafsu, kroda dan loba.
Maka secara universal sebenarnya setiap orang harus kena ruwatan Sapuh Leger.
Selama dia belum mampu meruwat dirinya dengan Tri Kaya Parisuda itu sendiri, maka dia butuh media seperti ruatan Sapuh Leger.