Kisah Pria Pemeran Liku Gek Rempongs dan Gek Sekar Tono, Berjuang di Balik Stigma Negatif ‘Kemayu’
Pria yang memiliki tiga sudara perempuan itu bisa lulus kuliah di IKIP PGRI Bali pada jurusan Sendratasik karena menjalani kegiatan menjadi liku.
Penulis: I Made Argawa | Editor: Ida Ayu Made Sadnyari
Semasa hidup bapaknya tidak bekerja dan ibunya hanya menjadi seorang tukang jahit di rumah.
Pria yang memiliki tiga sudara perempuan itu bisa lulus kuliah di IKIP PGRI Bali pada jurusan Sendratasik karena menjalani kegiatan menjadi liku.
“Selesai kuliah juga tidak bisa dapat pekerjaan yang memberikan hasil mencukupi. Saat ini saya menjadi guru honor di sebuah sekolah swasta, hasilnya perbulan kurang,” kata Jusna, yang menamatkan Strata 1 pada 2015.
Lingkungan tempat tinggal dan sekolah juga memberikan stigma negatif pada dirinya yang tampak kemayu dan sering dipanggil bencong.
“Itu tidak masalah, saya jalani saja,” ungkapnya.
Dia menyebutkan, karakter kemayu merupakan keturunan.
Hal itu didapatkan dari pamannya yang juga dikatakannya memiliki karakter serupa.
“Keluarga bilang karakter kemayu keturunan dari adik bapak,” jelasnya.
Jusna merasakan dirinya cocok menjadi liku saat masih kuliah.
Ia kemudian diminta memerankan liku saat ikut ngayah bersama Sanggar Suara Cita di Kerambitan.
Saat itu dia sempat tidak percaya diri, hingga dibantu oleh rekannya yang bernama Kapuk.
“Saya didorong-dorong oleh rekan sepanggung bernama Kapuk, saya beranikan diri hingga dibilang oleh Kapuk cocok memerankan liku,” kenangnya.
Setelah itu, dia diajak bergabung dengan Sanggar Canging Mas, Tabanan.
Hingga saat ini masih terus menerima job manggung sendiri atau bersama grup Canging Mas.
“Saya sudah menari liku sekitar satu setengah tahun terakhir, hasilnya lumayanlah. Hal ini diawali dari ngayah ke berbagai pura dan kegiatan keagamaan,” terangnya.