14 Keanehan Dari Kerauhan Lila Arsana, Sebut Ratu Niang Tak Terima Pangayeman Puri Klungkung Dipugar
Kawasan tersebut dahulu diyakini sebagai areal kolam yang menjadi bagian dari Kerajaan Klungkung dan merupakan tempat permandian raja-raja.
Penulis: Eka Mita Suputra | Editor: Eviera Paramita Sandi
TRIBUN-BALI.COM - Peristiwa unik terjadi Kamis (10/8/2017) pagi.
Bak orang kesurupan, penjaga kolam peninggalan Raja Klungkung I Komang Sumadana tiba-tiba kerauhan.
Hal ini terjadi setelah tembok area kolam renang peninggalan Puri Klungkung, Lila Arsana di Jalan Gunung Rinjani, Semarapura, Klungkung, Bali roboh, Rabu (9/8/2017) dinihari sekitar pukul 00.30 Wita.
Dari peristiwa robohnya tembok area kolam renang ini terdapat sejumlah keanehan yang kini menjadi misteri.

Berikut daftarnya :
1. Tembok penyengker sepanjang 30 meter dan tinggi sekitar 3 meter, luluh lantak dan rata dengan tanah. Namun ada yang unik dalam peristiwa tersebut, dimana penyawangan pelinggih Puri Klungkung yang posisinya tepat ditengah-tengah robohan tembok tampak tidak mengalami kerusakan berarti. Padahal bangunan di sekitarnya sudah rata dengan tanah.
2. Penjaga kolam peninggalan Raja Klungkung I Komang Sumadana tiba-tiba kerauhan. Ia mengaku sebagai Ratu Niang.
3. Komang Sumadana menari di depan objek wisata Kertha Gosa tanpa memerhatikan kendaraan yang lalu lalang di sekitarnya.
4. Menyebut diri Ratu Niang yang malinggih di Pangayeman Puri Klungkung dan menolak apabila pengayeman dipugar. Bila ada yang berani terancam terkena musibah
5. Sumadana yang ketika itu memakai kamben putih dan baju bermotif kuning, tiba-tiba berlari ke arah Kerta Gosha. Ia lalu menuju Pamedal Agung yang sangat disakralkan oleh masyarakat karena dahulu merupakan gerbang dari Puri Klungkung.
6. Sumadana semakin tidak terkontrol lalu mengangkat tangannya, dan meminta siapa saja yang ada di sekitarnya untuk tidak mendekat.
7. Sumadana teriak mencari bupati.
8. Sekitar 15 menit berada di Pamedal Agung, kemudian berlari menuju Puri Klungkung yang hanya berjarak sekitar 100 meter dari areal Kertha Gosa sembari terus memukul dadanya.
9. Di jalan raya ia tampak menari dan terus bergumam.Matanya benar-benar tampak memerah.
10. Sebelum masuk ke areal pura, Sumadana sempat menari dan terus memeringatkan agar jangan sampai memugar Pangayeman Puri Klungkung di kolam Lila Harsana.
11. Menyebut harus ada pemisahan antara kolam renang dan panyiraman Ida Ratu Niang
12. Menyebut kolam renang itu sekala kalau panyiraman itu nanti dapat digunakan warga Bali yang sakit untuik melukat
13. Usai dipercikkan Tirta oleh polisi, Sumadana terdiam sejenak.
14. Sumadana lalu duduk di area Kerta Gosa dengan tubuh yang bercucuran keringat. Ia juga tampak sangat kelelahan.

Sekretaris Dinas Kebudayaan, Pemuda dan Olah Raga Klungkung, I Gusti Ketut Kaler, yang menyaksikan peristiwa tersebut mengaku akan segera berkoordinasi dengan Kepala Dinas Kebudayaan Klungkung, I Nyoman Mudarta.
“Meskipun hal ini di luar nalar kita, tapi inilah kepercayaan kita sebagai orang Bali. Saya akan sampaikan apa yang terjadi hari ini apa adanya ke Pak Kadis, dan nanti biar beliau yang menyampaikannya ke bupati atau sekda,” ungkap Gusti Kaler.
Rabu pagi, Bupati Klungkung, I Nyoman Suwirta, bersama wakilnya, Made Kasta, sempat mendatangi lokasi robohnya tembok panyengker kolam tersebut.
Di lokasi, Suwirta meminta dinas terkait untuk segera menangani.
Selain penanganan dalam waktu dekat berupa pembersihan puing, Suwirta juga menginstruksikan segera dibuatkan perencanaan untuk mengembangkan kolam peninggalan Puri Klungkung tersebut.
Kolam renang Lila Harsana dibangun sejak tahun 1930 atau sejak pemerintahan Belanda di Klungkung.

Kawasan tersebut dahulu diyakini sebagai areal kolam yang menjadi bagian dari Kerajaan Klungkung dan merupakan tempat permandian raja-raja.
Seiring berkembangnya waktu, areal tersebut diubah dan dikembangkan menjadi kolam renang umum yang saat ini dikelola oleh Pemkab Klungkung.
Selama ini, kolam Lila Harsana dijaga oleh Sumadana yang bertatus sebagai pegawai kontrak di lingkungan Dinas Kebudayaan, Pemuda, dan Olahraga Klungkung. (*)