Gunung Agung Terkini
Mengenali Tanda Dan Status Level Gunung Sebelum Meletus, Gunung Agung Berkarakter Seperti Ini
Kita perlu mengetahui tingkatan-tingkatan ini agar bisa mengamati dan berjaga-jaga apabila sewaktu-waktu gunung akan meletus.
Penulis: Eviera Paramita Sandi | Editor: Eviera Paramita Sandi
Penyebabnya tak lain karena peningkatan aktivitas magma yang terdorong kesegala arah akibat tekanan endogen yang begitu besar.
Akibatnya lapisan batuan tertekan sehingga menimbulkan getaran yang dikenal sebagai gempa.
Peningkatan aktivitas kegempaan menjadi tanda penting yang selalu terjadi sebelum erupsi gunung.
4. Banyak Hewan Turun Gunung
Meningkatnya suhu udara dan aktivitas vulkanis membuat satwa di hutan sekitar lereng gunung Seperti kera, rusa hingga harimau merasa tidak nyaman sehingga turun menuju kaki gunung dan tak jarang masuk ke pemukiman masyarakat.
5. Sering Terdengar Suara Gemuruh
Biasanya tanda suara gemuruh ini diikuti oleh gempa, namun pada status siaga sering diikuti oleh keluarnya gas dan debu vulkanis.
Hal ini disebabkan oleh aktivitas magma yang hendak keluar melalui kawah
Bila hal ini terjadi semakin sering maka gunung berapi dipastikan akan meletus terutama jika sudah memasuki level awas.
Pertanda Niskala Gunung Agung

Pangelingsir Pura Pasar Agung, Desa Sebudi, Kecamatan Selat, Karangasem, Bali, Jro Mangku Wayan Sukra mengungkapkan bahwa tanda-tanda sekala dan niskala (gaib) biasanya muncul saat Gunung Agung hendak mengalami erupsi atau meletus.
Diantaranya ada tanda niskala terdengar bunyi gamelan dan bleganjur sebleum erupsi.
”Kalau secara niskala biasanya terdengar bunyi gamelan dan bleganjur sebelum erupsi. Semoga tak terjadi,” harap Wayan Sukra, Minggu (17/9/2017).
Sedangkan pertanda sekala, imbuh dia, sebulan hingga tiga bulan sebelum erupsi biasanya hewan-hewan yang tinggal di ketinggian Gunung Agung turun ke bawah dan bahkan ke rumah-rumah warga.
“Tanda-tanda sekala dan niskala itu menjelang erupsi itu sebagaimana yang dituturkan turun-temurun dari nenek moyang. Saat ini, tanda-tanda sekala dan niskala itu belum ada yang muncul. Oleh karena itu, warga saya harap tenang dan tidak resah. Media juga harus beritakan yang objektif biar warga tak resah,” ungkap Jro Mangku Wayan Sukra.
Pria yang juga menjabat sebagai Bendesa Sogra ini berjanji akan terus menggelar upacara untuk memohon keselamatan kepada Tuhan dan agar terhindar dari bencana.
Sejak 1963 (tatkala Gunung Agung meletus terakhir) hingga kini, menurut Wayan Sukra, pemangku di Pura Pasar Agung rutin ngaturan pekelem di kawah.
Sarananya berupa kambing dan bebek berwarna putih. (*)