Gunung Agung Terkini

VIDEO TERKINI Gunung Agung Dari Desa Budakeling Karangasem, Perhatikan Menit Ke-12!

Kondisi gunung Agung pun dapat teramati dalam video yang direkam pada hari ini, Kamis (28/9/2017) pukul 08.14 WITA.

Penulis: Eviera Paramita Sandi | Editor: Eviera Paramita Sandi
Facebook / Sigit Purwono
Gunung Agung, Kamis (28/9/2017) 

TRIBUN-BALI.COM -  Gunung Agung hingga saat ini masih berstatus AWAS Level IV.

Baca: Magma Terus Mendekati Permukaan Gunung Agung, Segera Selamatkan Diri Jika Dengar Bunyi Ini

Baca: Aktifitas Meningkat, Petugas Siap Mendaki Badan Gunung Agung Bagian Utara Pasang Alat Ini

Gunung tertinggi di Bali ini pun rutin mengeluarkan asap putih (solfatara) sejak Sabtu (23/9/2017) pekan lalu.

Aktivitas vulkanik pun masih terus mengalami peningkatan dapat dilihat dari masih banyaknya rentetan gempa yang terjadi di dalam tubuh gunung Agung.

Baca: Mengharukan, Kisah Jon Dan Joni Anjing Setia Teman Pendaki Gunung Agung Kala Semua Orang Mengungsi 

Kondisi gunung Agung pun dapat teramati dalam video yang direkam pada hari ini, Kamis (28/9/2017) pukul 08.14 WITA.

Baca: PENTING! Tindakan Yang Harus Dilakukan Bila Gunung Agung Meletus

Baca: VIDEO : Kakek Berusia 100 Tahun Kisahkan Letusan Gunung Agung 1963, Dua Hari Sembunyi di Dapur

Pengambilan gambar video ini dilakukan oleh pemilik akun Facebook Sigit Purwono dari wilayah Saren, Desa Budakeling, Karangasem, Bali yang mana daerah ini masuk kawasan KRB I.

Baca: Status VONA Oranye, Peringatan Untuk Penerbangan Saat Lewati Gunung Agung, Bisa Meletus Kapanpun

Terlihat cuaca pagi tadi cerah dan puncak gunung dapat teramati dengan jelas.

Namun perhatikan pada menit ke 12. Terdapat asap putih yang keluar dari puncak gunung.

Baca: 593 Kali Gempa Guncang Wilayah Gunung Agung, Pertanda Akan Hal Ini Bisa Saja Terjadi

Di lokasi ini juga masih terlihat lalu lalang kendaraan seperti truk, traktor dan sepeda motor.

Berikut Videonya :

Baca: LIVE VIDEO Seperti Ini Kondisi Puncak Gunung Agung Dari Desa Purwaayu, Karangasem

Terjadi Deformasi Pada Gunung Agung

Sementara itu, dari hasil pantauan petugas PVMBG kemarin, Gunung Agung terdeksi mengalami perubahan bentuk atau deformasi.

Informasi itu disampaikan oleh Kabid Mitigasi Gunungapi PVMBG Kementerian ESDM, I Gede Suantika, usai melakukan pemantauan Gunung Agung dengan menggunakan Electronic Distance Meter (EDM) di Pos Pengamatan Gunung Agung, Desa Rendang.

Dikatakan Suantika, dari hasil pemantauan menggunakan EDM, perubahan bentuk Gunung Agung mulai terdeteksi kendati perubahannya masih dalam ukuran sangat kecil.

"Sudah terpantau ada deformasi tubuh Gunung Agung. Namun, perubahan tersebut masih dalam ukuran mikron meter," terang Suantika.

Mendeteksi perubahan bentuk gunung yang terpantau melalui EDM hanyalah salah-satu cara untuk mengetahui potensi terjadinya letusan.

Semakin tinggi deformasi, kemungkinan terjadinya letusan semakin besar.

"Saat ini data menunjukkan jarak reflektor ke EDM kian mendekat. Hal itu menunjukkan tubuh gunung terjadi pembesaran," ucap Suantika.

Lebih jauh Suantika menjelaskan, pengukuran deformasi Gunung Agung dilakukan dengan meletakkan satu unit EDM di Pos Pengamatan Gunung Agung dan sebuah cermin reflektor yang letaknya berkisar 1 Km dari alat EDM.

Kemudian dilakukan penembakan sinar laser dari EDM ke reflektor.

Suantika mengatakan, data akan lebih akurat apabila reflektor ditempatkan lebih dekat dengan puncak gunung.

Namun, karena terkendala lebatnya vegetasi, pemasangan reflektor di dekat puncak Gunung Agung sulit dilakukan.

Walaupun mengalami kendala, reflektor yang dipasang di lereng gunung sudah cukup membantu pemantauan.

"Kalau kita lihat, bila di lereng ada perubahan kecil, maka semakin mendekati puncak perubahan semakin besar," jelas Suantika.

Suantika juga menjelaskan, meskipun PVMBG telah menetapkan peta kawasan rawan bencana Gunung Agung, namun tidak menutup kemungkinan aliran awan panas menyebar di luar titik-titik yang telah ditetapkan.

"Bisa saja ada kemungkinan perubahan dari peta. Nanti kalau meletusnya menimbulkan lubang yang lebih besar, bisa kemana-mana (awan panasnya)," ujar

Dalam peta kawasan rawan bencana (KRB) Gunung Agung terbagi KRB I, II, dan III. Penetapan zona-zona perkiraan bahaya tersebut, menurut Suantika, mengacu pada sejarah letusan Gunung Agung tahun 1963.

Selain itu, penetapan KRB juga didasarkan pada hasil analisis terhadap material-material dalam Gunung Agung. (Win)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved