Gunung Agung Terkini

Jika Bandara Ditutup Akibat Erupsi Gunung Agung Dan 5000 Turis Terjebak, Ini Yang Akan Terjadi

Walaupun belum terjadi erupsi, status Awas Gunung Agung sudah cukup memukul bisnis pariwisata di Bali.

Penulis: A.A. Gde Putu Wahyura | Editor: Eviera Paramita Sandi
Tribun Bali / I Nyoman Mahayasa
Puluhan wisatawan mancanegara turun dari kapal di Pantai Sanur setelah berwisata ke Nusa Lembongan, Bali, Rabu (4/10/2017). 

Ia menegaskan bahwa akibat panjang yang menyangkut penyediaan transportasi dan akomodasi akan diurus pemerintah, dan anggaran untuk itu sudah disiapkan ketika status Bali dalam darurat bencana.

“Banyak cara kita untuk atasi dampak letusan Gunung Agung jika memang letusan benar-benar terjadi. Tenang saja. Urusan ini kan urusan gotong royong, tapi kita siap, siap pun sudah berdasarkan pada perhitungan,” tandas Pastika.

Ketua Tim Crisis Centre Bali atau ditetapkan bernama resmi Tourism Hospitality Task Force, AA Gede Yuniartha Putra mengatakan bahwa pihaknya masih membuat standar dan prosedur operasi nanti kalau bandara tutup.

“Seluruh anggaran nanti dari pusat. Itu seperti ditegaskan oleh Presiden Jokowi sendiri,” kata Pastika.

Tim di Crisis Centre juga akan berupaya meluruskan berita-berita hoax dan tidak tepat mengenai perkembangan Gunung Agung.

Konsul Kehormatan Denmark, Ida Ayu R. Sutamaya, memberi apresiasi kepada pemerintah daerah Bali karena cepat tanggap menyikapi kondisi Gunung Agung.

Kata Sutamaya, turis asing yang terjebak tak bisa pulang karena bandara ditutup saat terjadi letusan, akan diberi kelonggaran izin untuk tinggal lebih lama di Bali.

Akomodasinya, ucap dia, juga akan ditanggung.

Bahkan transportasi ke luar Bali juga akan disediakan secara gratis

“Pemerintah terlihat sangat-sangat siap untuk menghadapi letusan Gunung Agung. Cukup menyenangkan pula bahwa pemerintah akan memberi izin tinggal lebih lama di Bali jika situasi belum stabil, dan menyediakan transportasi keluar dari Bali dengan gratis,” ujar Sutamaya usai pertemuan para konsul dengan Gubernur Bali.

Sutamaya mengatakan, memang ada penurunan jumlah warga Denmark ke Bali sekitar 30 sampai 40 persen sejak Gunung Agung dinyatakan status Awas pada 22 September lalu.

Hal itu, jelas Sutamaya, karena Denmark adalah negara kecil berpenduduk 6 juta jiwa yang tidak memiliki gunung api.

Pasca status Awas itu, warga Denmark yang datang ke Indonesia tidak sampai 1.000 orang, atau setiap hari datang 100 orang.

“Mereka (warga Negara Denmark) bukan tipe gampang ditenangkan karena mereka tidak punya gunung berapi di negaranya. Maka dari itu, setiap hari email dan twitter kita selalu ramai dengan pertanyaan tentang kondisi Gunung Agung,” kata Sutamaya.

“Mereka tahu bahwa Gunung Agung jauh dari Denpasar. Tetapi karena mereka tidak biasa menghadapi kondisi gunung berapi, maka banyak pertimbangan untuk pergi ke Bali dalam situasi saat ini,” jelas Sutamaya.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved