Gunung Agung Terkini
Aksi Nekat Mendaki Gunung Agung Bisa Rugikan Diri Sendiri, Bercermin dari Peristiwa Gunung Sinabung
Air yang keluar ke kawah lewat lapangan solfatara mengindikasikan adanya gangguan hidrologis di bawah Gunung Agung akibat naiknya magma
Penulis: Putu Candra | Editor: Ida Ayu Made Sadnyari
“Tapi seringkali pendaki melewati tempat-tempat yang tidak dijaga. Mereka tetap masuk dan melanggar," kata Sutopo melalui sambungan telepon kepada Tribun Bali.
Aksi nekat macam begitu, menurut Sutopo, merugikan diri sendiri dan juga tim SAR apabila Gunung Agung meletus ketika diketahui ada yang sedang mendaki. Sebab, proses evakuasi akan susah sekali.
Sutopo menduga orang yang naik ke puncak Gunung Agung itu hanya ingin mencari ketenaran. Hal ini, menurut dia, juga bisa menimbulkan keresahan bagi masyarakat.
Dijelaskan Sutopo, Gunung Agung saat ini sudah mengalami rekahan dan asap keluar dari kawah hingga ketinggian 50-100 meter dengan tekanan rendah. Keluarnya asap mengindikasikan adanya pemanasan ke permukaan. Ketebalan asap menandakan bahwa proses degassing lebih intensif.
Warna putih mengindikasikan adanya dominasi air (yang dipanaskan).
Suara seperti pesawat mengindikasikan tekanan yang tinggi.
Air yang keluar ke kawah lewat lapangan solfatara mengindikasikan adanya gangguan hidrologis di bawah Gunung Agung akibat naiknya magma mendekati permukaan.
“Artinya sangat berbahaya berada di dekat kawah Gunung Agung. Masyarakat tidak tahu apa yang terjadi di dalam Gunung Agung. Kalau dilihat dari luarnya saja, memang asapnya masih kelihatan kecil. Yang jelas Gunung Agung saat ini masih dalam kondisi kritis dan bisa meletus kapan saja. Untuk itu saya harap tidak ada yang menerobos lagi," harap Sutopo sambil meminta kepada pihak terkait agar menjadikan pelajaran peristiwa pelanggaran atas larangan pendakian itu.
Nekat dan Tewas
Sebelumnya,Sutopo menambahkan, ada warga masyarakat yang nekat ke kawah Gunung Agung meski sudah dilarang.
Mereka menggunakan logika spiritual. Selain itu juga ingin mendoakan agar gunung tidak meletus.
Namun, kata Sutopo, disayangkan bahwa pendakian ke kawah itu disebarluaskan ke media sosial sehingga menimbulkan keresahan masyarakat.
Dia mengungkapkan, adanya sebagian masyarakat tetap nekat menerobos ke puncak gunung meskipun berbahaya juga terjadi di gunung lain.
Tahun 2007 saat Gunung Kelud berstatus Awas, tokoh masyarakat setempat nekat masuk ke zona berbahaya dan membawa sesaji untuk melakukan ritual dengan maksud berkompromi dengan arwah Lembu Suro yang diyakini bersemayam di dalam kawah Gunung Kelud.
Di Gunung Sinabung, ada warga yang menerobos ke zona berbahaya karena akan melakukan ziarah ke leluhurnya.