Doktor Azhari, Otak Bom Bali Yang ‘Sulit Dikenali’, Jejaknya Berhenti di Perumahan Flamboyan
Hingga akhirnya diketahui di dalam rumah itu bersembunyi Dr Azhari dan dua orang rekannya, Cholily dan Arman.
Hanya saja, Azhari saat itu tidak dikenali oleh kepolisian sehingga dilepas kembali.
"Polisi saat itu hanya fokus sama Zulkarnaen. Padahal, di hari yang sama Azhari juga ditangkap," jelasnya.
Hingga pada akhirnya pada akhir 2003, Polri membentuk tim Crisis Response Team (CRT) Walet Hitam berjumlah 12 orang dari satuan Gegana Brimob Polri.
Tidak ada yang tahu siapa saja anggota CRT Walet Hitam, hanya pejabat Polri tertentu yang paham kehadiran tim itu.
Para anggota CRT Walet Hitam juga tidak diberitahu mengenai misi mereka.
"Mereka terus bergerak, berpindah tanpa ada pihak lain yang tahu, termasuk anggota polisi. Mereka 12 orang yang tersembunyi," ujar Arif.
Tepat pada 5 November 2005, 12 anggota tim CRT Walet Hitam mendapat panggilan tugas yang sangat rahasia.
Komandan mereka juga tidak paham dan tidak tahu kemana mereka akan berangkat.
Komandan mereka, kata Arif, hanya tahu tim akan berangkat ke Jawa Timur.
Untuk apa dan dimana mereka harus menjalankan misi, hanya orang-orang tertentu yang tahu.
Hingga pada keesokan harinya, tim langsung bergegas ke Malang tanpa ada satupun hal diketahui mereka.
Dua hari di Malang, CRT Walet Hitam hanya bertugas untuk memantau sebuah rumah yang berada di Perumahan Flamboyan dan seluruh gerak-gerik dari dalam rumah.
Hingga akhirnya diketahui di dalam rumah itu bersembunyi Dr Azhari dan dua orang rekannya, Cholily dan Arman.
Pada 9 November 2005, akhirnya CRT Walet Hitam yang sudah dipersiapkan untuk bertempur kapan pun dan dimana pun melaksanakan misinya.
Pertarungan sengit terjadi pada hari itu.