PT Hardys Retailindo Pailit
Kerajaan Bisnis Ritel Gede Hardi Pailit, Tak Pernah Menyangka 6 Hal Ini Sebab dan Akibatnya
Awal modal yang dibutuhkan Hardi untuk membangun Hardys hanya Rp 250 juta, yang ia dapatkan dari menjadi broker properti.
Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Ida Ayu Made Sadnyari
Awal modal yang dibutuhkan Hardi untuk membangun Hardys hanya Rp 250 juta, yang ia dapatkan dari menjadi broker properti.
Berkembangnya Hardys sebagai ritel raksasa di Bali tak lepas dari sikap ekspansif Hardi dalam mengembangkan bisnisnya.
Karenanya setelah sukses di bisnis ritel, ia pun mengembangkan bisnisnya ke sektor properti.
Baca: Ekspansi ke Sektor Properti Jadi Awal Pailitnya Bisnis Gede Hardi, Ketua DPD REI Bali Ungkap Ini
Setidaknya ada 12 titik, seperti di Ubud, Dalung, Batubulan, By Pass Ida Bagus Mantra, dan lainnya untuk ekspansi Hardys ke sektor properti bernama Hardys Land.
Gede Hardi mengusung konsep properti multiuse, dengan komersial di depan dan di belakangnya residensial.
“Satu titik itu luasannya ada 11 hektare ada 14 hektare yang salah satunya di Kampial,” sebutnya.
Namun semua Hardys Land ini mangkrak, setelah sektor properti mangkrak dan terkoreksi berat.
Menurutnya, di Bali saja koreksi sektor properti (-30) persen sampai 75 persen.
Ia kemudian menyadari sikap ekspansifnya ini membawa petaka.
“Tapi memang dari awal karakter saya seperti itu, sangat ekspansif,” katanya.
2. Salah prediksi dengan lesunya ekonomi
Ia pun mengaku salah prediksi dengan lesunya ekonomi beberapa tahun belakangan, dan terkoreksinya sektor properti.
“Kalau ekonomi membaik mungkin jual dua titik utang sudah lunas,” katanya.
Awalnya, kata dia, ada dua krediturnya yang mendaftarkan pihaknya pailit pada 14 Agustus 2017.