Gunung Agung Terkini
Letusan Gunung Agung Kemarin Masih Eksternal, Kegempaan Belum Mengindikasikan Letusan Magmatik
Warga bertanya-tanya terkait letusan Gunung Agung yang menghasilkan asap pekat berwarna keruh seringgi 700 meter tersebut.
Penulis: Eka Mita Suputra | Editor: Ida Ayu Made Sadnyari
TRIBUN-BALI.COM, SEMARAPURA - Gunung Agung dinyatakan erupsi pada Selasa (21/11/2017) sekitar pukul 17.15 Wita. Kondisi ini membuat warga berduyun-duyun memadati Pos Pantau Gunung Api Agung di Desa/Kecamatan Rendang, Karangasem.
Warga bertanya-tanya terkait letusan Gunung Agung yang menghasilkan asap pekat berwarna keruh seringgi 700 meter tersebut.
Baca: Pasca Letusan Freaktik Gunung Agung, Kini Airnav Dan Bandara Ngurah Rai Siaga Penuh
Baca: Gunung Agung Meletus Freaktik, Bagaimana Nasib Pertemuan IMF-Bank Dunia di Bali?
Apalagi, pukul 20.15 Wita terjadi peningkatan aktivitas.
Peralatan PVMBG merekam gempa tremor menerus pada Gunung Agung hingga lebih satu 1 jam, bahkan 2 jam.
"Tremor sudah lebih 1 jam dan hingga saat ini masih berlangsung," ujar Kepala Sub-Bidang Mitigasi Pemantauan Gunungapi Wilayah Timur PVMBG, Devy Kamil Syahbana, di Pos Pantau Gunung Api Agung di Desa/Kecamatan Rendang, Karangasem, Selasa (21/11/2017).
Kemunculan tremor menerus (disebut tremor harmonik) itu, kata Devy, adalah yang pertama kali sejak Gunung Agung mengalami peningkatan aktivitas pada September lalu.
Devy menjelaskan, arti tremor menerus itu adalah bahwa Gunung Agung sedang bergoyang di dekat permukaan sampai ke permukaan.
PVMBG terus memonitor terus apakah pada akhirnya sumbat lava akibat letusan 1963 terbongkar sepenuhnya atau tidak.
“Nanti kalau sudah terbongkar, kemungkinan di area puncak nanti akan terang karena lava segar keluar, suara juga akan terdengar. Tapi kita tidak bisa pastikan, kita hanya bisa monitor. Kita sama-sama berdoa dan berharap nggak sampai keluar besar, tapi kita tetap stand by dan selalu siap dengan kondisi apa pun," jelas Devy Kamil.
Devy sebelumnya sempat mengungkapkan bahwa erupsi freatik pada umumnya adalah letusan pembuka dari letusan magmatik.
Biasanya letusan freatik tidak terlalu besar.
Namun, sebelum mengalami letusan magmatik, setiap gunung api selalu lebih dahulu mengalami letusan freatik.
Letusan yang disertai asap pekat tebal setinggi 700 meter pada sore kemarin, menurut PVMBG, merupakan letusan jenis freatik.
Letusan tersebut bersumber dari air kawah, dampak dari naiknya magma yang terpantau sejak tanggal 22 Oktober lalu.
Panasnya batuan ditambah tingginya curah hujan di sekitar kawah memicu asap pekat mengandung debu vulkanik yang bersumber dari material di sekitar kawah.
“Material tersebut disebabkan oleh rekahan di kawah Gunung Agung yang semakin membesar,” kata Dewa Mertayasa, Kepala Pos Pantau Gunung Api Agung kemarin.
Ia menegaskan, letusan freatik tersebut menandakan magma semakin dekat dengan permukaan.
PVMBG pun terakhir merekam aktivitas magma berada di posisi 2-4 kilometer dari kawah Gunung Agung.
"Letusan gunung Agung tadi merupakan letusan freatik. Sementara, kegempaan belum mengindikasikan terjadinya letusan magmatik," jelas Dewa Mertayasa.
Namun demikian, Dewa Mertayasa meminta masyarakat terutama di lereng timur dan tenggara Gunung Agung untuk tetap waspada.
Sebab, arah angin membawa partikel debu vulkanik letusan Gunung Agung ke arah timur dan tenggara Gunung Agung.
"Letusan seperti ini ke depan kemungkinan akan sering terjadi. Ini masih eksternal, bukan langsung dari aktivitas magmatik. Tapi masyarakat di sisi timur dan tenggara lereng Gunung Agung untuk tetap waspada, karena debu berterbangan ke arah tersebut," jelas Dewa.
Masih Siaga
Meskipun sudah dinyatakan mengalami erupsi, namun PVMBG belum berencana untuk melakukan peningkatan status aktivitas vulkanik Gunung Agung.
Peninjauan status masih harus menunggu data-data lainnya seperti kegempaan (seismik), dan deformasi gunung.
Berdasarkan evaluasi terakhir, PVMBG menganalisis aktivitas vulkanik Gunung Agung masih berada di status Siaga (Level 3).
Aktivitas vulkanik belum menunjukkan adanya lonjakan kenaikan kegempaan, setidaknya sampai pukul 18.00 Wita kemarin.
Tremor Non-Harmonik sebanyak 1 kali dengan amplitudo 2 mm dan durasi 36 detik.
Gempa vulkanik dalam sebanyak 2 kali dengan amplitudo 5-6 mm dan durasi 8-26 detik.
Dengan status Siaga itu, masyarakat di sekitar Gunung Agung agar tidak berada, tidak melakukan pendakian dan tidak melakukan aktivitas apapun di Zona Perkiraan Bahaya, yaitu di dalam area kawah Gunung Agung dan di seluruh area di dalam radius 6 km dari Kawah Puncak Gunung Agung.
Selain itu juga di kawasan sektoral ke arah utara-timurlaut dan tenggara-selatan-baratdaya sejauh 7,5 km.
Zona Perkiraan Bahaya ini bersifat dinamis dan terus dievaluasi dan dapat diubah sewaktu-waktu mengikuti perkembangan data pengamatan Gunung Agung yang paling aktual/terbaru.
Daerah yang terdampak antara lain Dusun Br. Belong, Pucang, dan Pengalusan (Desa Ban); Dusun Br. Badeg Kelodan, Badeg Tengah, Badegdukuh, Telunbuana, Pura, Lebih dan Sogra (Desa Sebudi); Dusun Br. Kesimpar, Kidulingkreteg, Putung, Temukus, Besakih dan Jugul (Desa Besakih); Dusun Br. Bukitpaon dan Tanaharon (Desa Buana Giri); Dusun Br. Yehkori, Untalan, Galih dan Pesagi (Desa Jungutan); dan sebagian wilayah Desa Dukuh.
Jika erupsi terjadi maka potensi bahaya lain yang dapat terjadi adalah terjadinya hujan abu lebat yang melanda seluruh Zona Perkiraan Bahaya.
Hujan abu lebat juga dapat meluas dampaknya ke luar Zona Perkiraan Bahaya bergantung pada arah dan kecepatan angin.(*)