PT Hardys Retailindo Pailit

Terkuak, Rahasia Gede Hardi Yakin Bisa Bangkit Lagi, “Saya akan Belajar dari Alibaba”

Bahkan, ia mengaku mendapat pengalaman berharga yang bisa dibagikan ke publik soal kepailitin Hardys.

Penulis: I Wayan Erwin Widyaswara | Editor: Ida Ayu Made Sadnyari
Tribun Bali/Zaenal Nur Arifin
Gede Hardi bersama sang istri saat jumpa pers mengenai kepailitan Hardys Group, di rumahnya di Sanur, Rabu (22/11/2017) 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Pemilik PT Hardys Retailindo, I Gede Agus Hardiawan memaparkan secara terbuka apa penyebab dan bagaimana kronologinya sehingga kerajaan bisnis ritelnya runtuh.

Bertempat di salah satu rumah Gede Hardi di Perumahan By Pass Garden R14. B3, Jalan Danau Tempe, Sanur, Denpasar, Rabu (22/11/2017), Hardi menjelaskan secara gamblang kepada awak media.

Baca: VIDEO Pengakuan Gede Hardi Tentang Usahanya Jatuh Pailit Dan Rencana Mulai Lagi di Pedesaan

Baca: 10 Pertanyaan Menohok yang Dijawab Gede Hardi Secara Blak-blakan, ‘Ini Sudah Karma Saya Dipailitkan’

Meski pailit, Gede Hardi yakin bisa bangkit lagi.

Bahkan, ia mengaku mendapat pengalaman berharga yang bisa dibagikan ke publik soal kepailitin Hardys.

“Saya ingin berbagi. Di China ada kejadian aneh pada tanggal 11, bulan 11, tahun 2017. Pada akhir pekan itu, di pusat keramaian belahan dunia yang paling padat, yakni China, pada tanggal itu lengang. Biasanya orang tidak bisa papasan di sana. Apa yang terjadi? Alibaba mendiskon jualannya sampai 50 persen. Satu hari transaksi Rp371 triliun,” jelasnya.

Satu hari saja, karena diskon 50 persen untuk belanja online itu.

Sehingga apa? Pusat keramaian menjadi sepi.

Semua orang sibuk dengan gadgetnya untuk belanja.

Belajar dari Alibaba.

Gede Hardi mengaku mulai hari ini juga, akan harus fokus untuk menyelesaikan kepailitan ini.

“Sehingga seluruh hutang itu, mudah-mudahan bisa terbayarkan. Dan tim kurator bisa menego aset-aset kami,” ungkapnya.

Ia berharap tim kurator menjualnya dengan harga yang bagus, sehingga nantinya kami dapat saldo untuk recovery bisnis.

“Mudah-mudahan tuntas seluruh hutang kami, dan masih ada modal. Kami akan kembali berbisnis dengan online, tapi tetap dengan core business atau fokus tetap di ritel, dengan konsep e-grocery. Jadi cepat lambat, jejaknya Alibaba melalui Tokopedia di Indonesia, saya harus belajar walaupun dari skala kecil,” paparnya.

Belajar dari pengalamannya, ia merasa sangat perlu waspada soal dunia bisnis ke depan. 

“Ini di Indonesia, yang perlu diwaspadai uang senilai Rp 14 triliun yang dibelanjakan oleh Jack Ma (bos Alibaba) untuk bisnis Tokopedia itu tidak main-main. Siapa yang merasa diri jumawa bahwa itu tidak akan ngefek? Secara statistic memang sekarang kurang dari 5 persen pengaruhnya. Tapi ke depan, uang Rp 14 triliun yang diinvestasikan Jack Ma melalui Tokopedia itu akan menjelma menjadi wabah buat kita,” paparnya.

Setelah pribadi Gede Hardi dan perusahaan mengalami pailit, apa saja yang terjadi?

Gede Hardi di bulan November ini diundang jadi pembicara di ITB untuk menjelaskan soal ini.

“Saya jawab siap. Karena apa, karena kondisi ini saya share ke grup alumni ITB, di jurusan saya Teknik Industri ITB. Saya sebar semuanya. Tidak perlu saya tutupi,” akunya.

Ia berpesan pada para pebisnis, dan meminta dukungan pada masyarakat Bali.

Gede Hardi mengingatkan agar tidak gegabah dalam menggunakan uang bank.

Komposisi investasi jangan sampai 70 persen pakai uang bank.

“Mudah-mudahan tim kurator menjual aset dengan harga yang wajar. Artinya, properti di Bali ini terkoreksi 30-40 persen. Sehingga kami dapat susuk atau kembalian untuk modal usaha baru,” jelasnya.

Menurutnya, bisnis apapun harus berorientasi pada digital online.

“Ada teman baik saya, bisnis di Lotte Mart, sedang mendesain e-grocery.  Inovasi. Saya terlambat berinovasi,” ungkapnya.

Ditanya terkait prediksi masa depan, Gede Hardi mengaku outlook yang dimiliki terhadap ekonomi itu kurang.

“Saya jarang gaul dengan ahli ekonomi. Hanya main feeling saja. Sehingga outlook-nya ke depan seperti apa, politik ke depan seperti apa, kurang begitu bisa bicara. Juga tentang bagaimana dampak perbedaan pimpinan politik di Bali,” katanya mengakhiri.(*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved