Simpang Ring Banjar
Mirip Bade, Ternyata Ada Cerita Pilu dalam Pembangunan Bale Kulkul Banjar Kedampal
Detail pepatrannya pun mengagumkan. Ketinggian bangunannya pun terlihat mencengangkan.
Penulis: Ni Putu Diah paramitha ganeshwari | Editor: Ida Ayu Made Sadnyari
Usia perangkat gamelan gambang di Banjar Kesampal diperkirakan lebih dari 250 tahun.
Karawitan kuno ini coba dihidupkan kembali oleh masyarakat Kedampal yang tergabung dalam Sekaa Gambang Sekar Jepun.
Wayan Suwitra, koordinator sekaa menuturkan jika Gambang Banjar Kedampal mulai dibangkitkan kembali sejak 2015.
"Perangkat gamelan ini adalah milik keluarga. Terakhir dimainkan ketika zaman kakek saya. Sejak itu generasi pemain gambang sempat terputus. Hingga kami mendengar pewisik yang meminta agar gambang ini dimainkan kembali," tuturnya.
Proses revitalisasi pun didukung oleh pemerintah kabupaten dan masyarakat banjar.
Lamanya vakum membuat generasi yang sekarang harus mempelajari ulang seluk-beluk gambang.
Mereka mendatangkan guru dan membaca kembali lontar gending gambang yang diwariskan leluhur.
"Lontar inilah yang menjadi pedoman kami dalam belajar. Namun untuk mempelajari alat musik ini cukup sulit sebab beda jauh dengan jenis gamelan lain semisal angklung dan gong kebyar," tukasnya.
Saat ini mayoritas warga yang mempelajari gambang masih memiliki ikatan keluarga dengan Wayan Suwitra.
Di antaranya terdapat pula golongan anak muda.
Sesungguhnya mereka membuka diri bagi siapa pun yang ingin belajar.
Namun masyarakat setempat masih memiliki kepercayaan jika gamelan yang tergolong sakral ini hanya bisa dipelajari oleh mereka yang memiliki leluhur pemain gambang.
Jika di luar itu, maka akan sulit menemukan irama dan mempelajarinya.
"Gamelan Gambang Sekar Jepun ini dimainkan sebagai pengiring upacara ngaben. Suara gending dari gambang dipercaya menjadi pengantar roh orang meninggal menuju surga. Sekaa kami pun sering diminta untuk ngayah di acara pengabenan hingga di luar desa," ucap Wayan Suwitra.
Selusin Piring dan Gelas
Jumlah penduduk Banjar Kedampal adalah 615 kepala keluarga. Jumlah ini terhitung besar untuk sebuah banjar.