Cerita Korban Leak di Denpasar Terkena Umpan Cetik ‘Seperti Mimpi, Menjerit, Meronta’

Untuk menerapkan ajaran ini, pertama-tama orang harus menyerahkan diri kepada Batari Durga, sang penguasa dunia gelap.

Editor: Eviera Paramita Sandi
TRIBUN BALI/NYOMAN MAHAYASA
Ilustrasi sosok celuluk yang juga disebut perwujudan leak di Bali 

TRIBUN-BALI.COM – Praktik leak sebagai ilmu sekaligus hantu konon hingga kini masih dijumpai di sana-sini di pulau Bali.

Ada dua jalur ilmu di Bali, pengiwa (jalur kiri, black magic) dan penengen (jalur kanan, white magic).

Tak ubahnya sekolah formal, leak juga terdiri atas berbagai tingkatan.

Baca: Ngerinya Leak di Bali, Dirahasiakan Dalam 100 Kelahiran, Dari Nusa Penida Diyakini Paling Ampuh

Baca: Kisah Mistis ‘Pertemuan’ Dengan Leak di Bali, Ketika Dilempar Batu Bunyi Seperti Ini

Yang dibedakan atas kemampuannya bersalin rupa dan menyebarkan bencana penyakit atau guna-guna.

Untuk mencapai kemampuan yang semakin tinggi atau naik tingkat, leak bisa menempuh cara yang disebut ngisep sari. 

Pada tingkat leak yang rendah, seperti pamuronan, memelihara ilmu dan naik tingkat membutuhkan korban.

Menurut Karji, korban hanya dibutuhkan sampai tingkat Calonarang.

Sesudah itu tidak dibutuhkan korban lagi.

Tingkatan leak sesudah Calonarang adalah Mpu Bharadah, Surya Gading, Brahma Kaya, I Wangkas Gading Api, I Ratna Pajajaran, Garuda Mas, I Siwer, I Baligodawa. Sedangkan yang tertinggi tingkatannya adalah leak Surya Mas.

Semua leak menyembah kepada perwujudan Batari Durga.

Ilustrasi
Ilustrasi (Intisarionline)

Orang yang menerapkan ilmu pangleyakan memang harus berhubungan dengannya. Barang siapa yang mau belajar pengiwa harus minta izin dulu, serta meminta pertolongan (nunas ica) dari batari tersebut.

Menurut Wolfgang Week, yang juga pernah meneliti leak, inti ajaran jalur kiri ada pada lontar "Durga Purana Tatwa".

Untuk menerapkan ajaran ini, pertama-tama orang harus menyerahkan diri kepada Batari Durga, sang penguasa dunia gelap.

Pada malam hari, ia harus pergi ke kuburan dan mendirikan sanggah cucuk, tempat persembahan yang terbuat dari bambu dan ditancapkan di tanah.

Sesudah itu, dimulailah sebuah "upacara".

Yang mau jadi leak berdiri di atas kaki kiri sambil membengkokkan kaki kanan sekitar 90°.

Sesudah itu menari berkeliling sanggah cucuk sambil mengulangi terus posisi tersebut.

Putaran semacam itu diulangi beberapa kali, menurut petunjuk gurunya.

Waktu dan jadwal menari untuk para calon leak ini berlainan,untuk setiap orang, tergantung pada otonan (hari pasaran kelahirannya).

Proses ini juga dilakukan setiap kali  akan berubah bentuk, namun tidak harus di kuburan.

Bisa di sawah atau di tepi kali, di tempat-tempat yang tenget atau angker (mengandung kekuatan supranatural yang negatif).

Menurut guru silat pada Perguruan Sandhi Murthi,Ngurah Harta, leak tingkat tinggi biasanya tidak harus mendirikan sanggah cucuk  lagi, cukup dengan banten (persembahan atau sesajen) dan dupa.

Bisa diilmiahkan

Ada dua macam sarana berupa benda yang digunakan di luar dan di dalam rumah untuk menularkan ilmu pangleyakan kepada sisia.

Sisia bukan sekadar murid yang belajar, namun juga menyerahkan jiwa dan raganya kepada guru.

Sarana itu dapat berupa permata, mirah, emas, perak, tembaga, kertas (atau kain) bergambar tertentu (mererajahan).

Apabila digunakan di luar, sarana ini perlu dibungkus dengan kain merajah hitam.

Sebelumnya, lidah orang itu dirajah (ditato) dengan aksara sungsang, yang mencerminkan kekuatan negatif.

Tato ini dapat juga ditorehkan pada  kuku, gigi atau lainnya, dan menggunakan peralatan seperti keris, permata, atau benda lain, tergantung pada balian atau guru yang bersangkutan.

Sekalipun masih bisa dimungkinkan untuk menularkan ilmu ini kepada orang lain secara rahasia, ternyata ada juga yang tidak setuju dengan cara-cara rahasia ini, karena dianggap sebuah rekayasa agar ilmu yang bersangkutan tetap terpelihara di dalam komunitas kecil.

"Persoalannya, belum apa-apa kita sudah mengkelaskan pangleyakan dengan istilah-istilah yang menakutkan," kata Ngurah Harta yang nampaknya yakin bahwa ilmu pangleyakan bisa diajarkan seperti ilmu-ilmu lain.

"Lebih dari itu, pangleyakan itu bisa baik kalau digunakan secara baik, dan bisa menjadi buruk kalau digunakan secara buruk," katanya.

Ngurah juga mengungkapkan, mengembangkan metode pangleyakan adalah salah satu cara menjaga warisan budaya.

"Sebenarnya, kalau diusahakan untuk menggali metode-metode pangleyakan, saya yakin kita bisa menemukan pendekatan yang dapat diterima akal," kata Ngurah Harta yang lebih jauh mengatakan leak juga sebuah budaya yang harus dilestarikan.

"Saya yakin leak juga bisa ilmiah."

Agung Rani (22) mengaku mendapatkan rajah ilmu penengen dari keluarganya.

Sejak itu dia mengaku lebih "peka" dan dapat menangkap kehadiran orang yang memiliki ilmu pangleyakan di sekitarnya.

Menurut Agung, kepekaan semacam itu juga dimiliki oleh orang-orang yang memiliki rerajahan ilmu pengiwa.

ilustrasi leak
ilustrasi leak (Tribun Bali/Dwi S)

Korban dan cara melawan

Bagaimana rasanya menjadi korban leak? Anti, bukan nama sebenarnya, bercerita pernah melihat sebentuk kain putih mirip dengan yang biasa dipegang oleh rangda dalam pertunjukan Calonarang.

Kain tersebut terbang mengelilingi rumahnya di Denpasar.

Sesudah itu beberapa kali dia merasa, antara mimpi dan tidak, masuk ke hutan yang terbakar.

Menurut keluarganya, saat mengalami hal itu dia seperti kerasukan setan, menjerit dan meronta-ronta.

Korban lain, Risa namanya, juga sempat menjerit dan meronta, tetapi dalam keadaan sadar.

"Leher saya ke atas, sepenuhnya sadar, namun saya tidak bisa menguasai anggota tubuh saya sendiri," cerita Risa.

la merasa seolah-olah kepalanya menempel pada badan orang lain, karena dia tidak tahu ke mana tangan dan kakinya akan bergerak.

Menurut penjelasan yang ada, cara "memindahkan kesadaran" korban atau korban histeris seperti ini (dalam bahasa Bali sering disebut bebainan) adalah dengan mengirim mantera pangleyakan melalui makanan.

"Umpan" semacam ini disebut cetik.

Namun cetik ini tidak selalu sukses.

Ida Ayu Eutri, mahasiswi dan putri seorang brahmana dari Klungkung, menceritakan suatu saat pernah bertamu ke rumah tetangganya, dan disuguhi teh.

Persis ketika akan meminumnya, gelasnya pecah berkeping-keping.

"Dia akan mengguna-gunai saya," kata Ayu.

Menurut Wayan Karji, hal itu bisa terjadi karena si calon korban punya ilmu lebih tinggi.

Sebagai anggota kasta brahmana, Ayu memang sejak kecil sudah dibekali ilmu.

"Saya sendiri tidak tahu kalau itu ada dalam tubuh saya," katanya.

Leak memang bisa dilawan oleh manusia awam.

Menurut Ngurah Harta, yang penting adalah keyakinan pada diri sendiri.

"Dengan kepercayaan diri yang tinggi, kita otomatis memanggil kekuatan kanda pat, untuk mengalahkan unsur pengganggu kehidupan kita," katanya.

Kanda pat adalah istilah Bali untuk empat unsur yang lahir bersama manusia, yakni ari-ari, darah, lendir, dan air.

Menurut kepercayaan Bali, semua unsur itu mendampingi manusia setelah kelahiran dalam bentuk makhluk niskala (tidak kelihatan) yang dapat membantu manusia.

Cara paling mudah untuk melawan adalah tidak takut, dengan keyakinan bila Anda berani, leak malah takut.

"Waktu zaman perang kemerdekaan dulu, banyak yang punya ilmu leak takut pada peluru," ujar Ngurah Harta yang juga menganggap, kalau si korban berani dan menguatkan kemauannya, leak kehilangan keampuhannya.

Hal ini juga terbukti dari cerita Ayu yang melihat mobil jejadian itu.

Seusai melemparkan batu pada mobil jejadian yang diceritakan di awal tulisan ini, ayahnya segera mengambil dongkrak mobil, lalu memukuli mobil kembar kedaden itu.

Mobil palsu itu menjerit-jerit minta ampun.

"Perlahan-lahan dari badan mobil itu keluar rambut-rambut halus, lalu makin panjang," kata Ayu menceritakan transformasi mobil menjadi manusia kembali.

"Perlahan tapi pasti mobil itu menjadi manusia lagi. Ternyata dia tetangga kami, masih keluarga juga. Sejak itu saya tidak berani lagi datang sendirian atau pulang malam-malam dari rumah nenek." 

(Ditulis oleh Benito Lopulalan, tinggal di Bali. Seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi April 1996)

Sumber: Grid.ID
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved