Gerhana Bulan Total Berwarna Kemerahan Malam Ini Tepat Pukul 20.51 Wita, Dikaitkan Kisah Kala Rau

Gerhana bulan total ini akan memiliki kemiripan dengan gerhana bulan total pada 21 Januari 2000

kolase
Gerhana bulan dikaitkan dengan Kisah Kala Rau di Bali 

Laporan Wartawan Tribun Bali, I Putu Supartika

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Bertepatan dengan Purnama Kewulu, 31 Januari 2018 akan terjadi fenomena gerhana bulan total yang bisa disaksikan di Indonesia termasuk Bali.

Pengamat Geofisika Stasiun Geofisika Sanglah BMKG, I Putu Dedy Pratama mengatakan, gerhana bulan total pada 31 Januari 2018 tidaklah sepenuhnya akan nampak gelap.

Baca: 2 Purnama Dalam Satu Bulan? Ini Penyebabnya Dilihat dari Kalender Saka Bali

"Bulan akan nampak berwarna hitam kemerahan yang dikenal dengan istilah Bloodmoon. Hal ini terjadi karena sebagian cahaya matahari yang mengenai atmosfer bumi berupa gelombang panjang berwarna merah dibiaskan oleh atmosfer bumi hingga ke bulan," kata Dedy.

Mekanisme ini dikenal sebagai hamburan rayleigh, sama seperti proses pembentukan cahaya matahari sehingga nampak kemerahan saat fajar maupun senja dan berwarna biru saat siang hari.

"Jika kita melihat gerhana nanti dengan seksama, di saat awal dan akhir dari gerhana bulan total yaitu tepat sebelum 20.51 Wita dan setelah 22.08 Wita maka akan teramati warna cahaya biru atau pirus pada tepi bulan. Ini terjadi karena lapisan ozon bumi menyebarkan cahaya merah dan memungkinkan melalui beberapa cahaya biru yang akan dibiaskan ke Bulan," imbuhnya.

Pihaknya menambahkan, gerhana bulan total pada 31 Januari 2018 ini berada pada siklus saros 124 dan merupakan gerhana ke 49 dari total 74 kali dalam seri tersebut.

Siklus saros berfungsi untuk mengelompokkan gerhana dengan karakteristik yang sama.

Menurutnya, gerhana bulan total ini akan memiliki kemiripan dengan gerhana bulan total pada 21 Januari 2000 dan nantinya akan mirip dengan gerhana bulan total pada 11 Februari 2036.

Selain itu, Dedy juga mengatakan gerhana bulan di Bali sering dikaitkan dengan kisah Kala Rau.

Kala Rau merupakan sosok raksasa yang abadi karena ikut meminum tirta amerta saat menyamar menjadi dewa dalam pembagian tirta amerta.

"Saat Kala Rau meminum tirta amerta, Dewa Wisnu mengetahui penyamarannya saat tirta amerta sudah mencapai tenggorokannya, maka Dewa Wisnu melepaskan panahnya yang menyebabkan kepala Kala Rau putus lalu melayang di angkasa," kata Dedy.

Sisa penggalan berupa potongan tubuh tanpa kepala tersebut jatuh ke Bumi dan menjadi lesung.

Kala Rau yang sejak dulu jatuh hati dengan Dewi Ratih (Dewi Bulan) tetap mencarinya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved