Serba Serbi

Ida Rsi: Ini Tanda-tanda Jika Pekarangan Miliki Aura Negatif yang Tinggi Atau Karang Panes

Jika ada tawon, dan lebah bersarang di rumah atau pelinggih, ular masuk rumah, itu juga pertanda karang panes

Ilustrasi 

Laporan Wartawan Tribun Bali, I Putu Supartika

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR- Untuk mengupas tentang karang panes (pekarangan yang aura negatifnya tinggi), Tribun Bali menyambangi orang suci untuk mendapatkan petunjuk secara lengkap.

Tribun Bali lalu tangkil (datang) ke Gria Batur Giri Murti, Glogor, Denpasar, menemui Ida Rsi Bhujangga Waisnawa Kertha Bhuana, Selasa (6/2/2018) sore. 

Baca: Lahan Sawah Dijadikan Karang Paumahan, Bikin Rezeki Lancar Setelah Diupacari

Ida pun memberikan sedikit pencerahan terkait hal itu.

Baca: Mayat Ida Bagus Sudana Ditemukan Dalam Kondisi Penuh Lalat, Kondisi Jasad Setengah Telanjang

“Kalau ada beburon (binatang) lahir dengan kondisi tidak lazim, seperti kambing berkepala sapi, ayam berkepala itik, kambing berkaki lima, itu ciri karang rusak. Solusinya, binatang tersebut harus dirarung (dihanyutkan) ke laut,” kata Ida Rsi.

Ida Rsi Bhujangga Waisnawa Kertha Bhuana
Ida Rsi Bhujangga Waisnawa Kertha Bhuana (Tribun Bali/Putu Supartika)

Jika ada anjing maupun babi beranak satu, itu juga merupakan pertanda karang panes.

Sama seperti binatang yang lahir dalam kondisi aneh, wenang rarung ke segara (harus dirarung ke laut).

Ida Rsi juga mengatakan, jika di pekarangan metu kukus (keluar gundukan), karang tumbak rurung (ditabrak jalan setapak), namping pura, namping bale banjar, ngulonin (di utara) bale banjar, panes karangniya (panes karang itu).

Karang berada di sisi perempatan juga tidak bagus, dan biasanya diantisipasi dengan membuat pelinggih di pojok rumah dekat perempatan.

“Jika ada tawon, dan lebah bersarang di rumah atau pelinggih, ular masuk rumah, itu juga pertanda karang panes,” imbuh Ida.

Menggunakan bahan bangunan atau kayu yang terbakar untuk membangun, juga tidak baik, tan pegatan keni lara (terkena lara tak putus-putus).

Kalau ada bale pungkat atau rebah karena gempa bumi, lalu bangunan tersebut didirikan lagi, sama artinya dengan menggunakan bahan habis terbakar.

“Kalau ada bale meterestes bunter adegannya (pilarnya) semua cacat, dongkang makeem, tan wenang angge, ala dahat (tidak boleh, sangat berbahaya). Bale dengan emper keliling juga sama maknanya,” kata Ida.

Sumber: Tribun Bali
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved