Simpang Ring Banjar
Seakan Ditakdirkan Jadi Pande, Membuat Gamelan Sejak Pemerintahan Dalem Waturenggong
Jika mendengar kata Tihingan, seakan bagi sebagian besar seniman di Bali pasti langsung mengidentikannya dengan Gamelan Bali
Penulis: Eka Mita Suputra | Editor: Irma Budiarti
TRIBUN-BALI.COM, SEMARAPURA - Seperti hari biasanya, pertigaan di Desa Tihingan tidak pernah sepi dari aktivitas penduduk.
Di dekat Balai Banjar Tihingan, terdapat Pasar Desa yang membuat suasana di pusat Desa Tihingan selalu ramai, dari pagi hingga sore hari.
Namun uniknya, setiap pagi terdengar suara tempaan besi di sebagian besar rumah di Banjar Tihingan.
Hampir setiap kepala keluarga di Dusun Tihingan memang melakoni pekerjaan sebagai pandai besi, khususnya pembuat perangkat gamelan.
Seperti di kediaman I Ketut Suena.
Sejak pagi beberapa pekerja tampak mulai beraktivitas untuk membuat gamelan.
Beberapa orang men-cor besi yang digunakan sebagai bahan baku gamelan.
Ada juga yang sedang menempa besi, dan beberapa pria paruh baya menyetel suara gamelan dengan mengandalkan pendengarannya.
"Warga di Banjar Tihingan memang ditakdirkan untuk menjadi pande (pandai besi), khususnya pembuat gamelan. Turun menurun warga di sini dianugrahi pendengaran dan kemampuan yang luar biasa untuk mencocokkan nada gamelan," ujar I Ketut Suena, perajin instrumen gamelan di Banjar Tihingan.
Jika mendengar kata Tihingan, seakan bagi sebagian besar seniman di Bali pasti langsung mengidentikannya dengan Gamelan Bali.
Banjar Tihingan yang terletak di Kecamatan Banjarangkan Klungkung, secara turun menurun memang dikenal sebagai pusat sentra pembuatan perangkat gemelan Bali.
Ketut Suena menceritakan, Banjar Tihingan sudah menjadi sentra pembuatan instrumen gamelan sejak Kerajaan Gelgel, masa pemerintahan Dalem Waturenggong.
Pada masa itu, Bali pada umumnya mengalami perkembangan yang luar biasa di bidang kesenian.
Oleh pihak kerajaan, Pande besi di Banjar Tihingan mulai dikhususkan untuk membuat gamelan seperti gong, gangsa, kempul, dan sebagainya.
Pihak kerajaan pun selalu mempercayakan gamelan yang digunakan adalah buatan pande dari Banjar Tihingan.
"Jadi sejak masa itu, hingga saat ini pun secara turun menurun warga di Banjar Tihingan melakoni aktivitas sebagai perajin instrumen gamelan. Bahkan di Bali pun, di mana ada yang jual gamelan pasti sebagian besar itu berasal dari produk-produk buatan perajin Banjar Tihingan," jelasnya.
Kemampuan dalam membuat gamelan mulai dari mencetak fisik gamelan, hingga menyetel nadanya dipelajarinya secara turun menurun.
Mereka pun dikaruniai pendengaran dan insting yang luar biasa, karena mampu dengan tepat membedakan nada demi nada pada perangkat gamelan.
"Kemampuan ini kami dapat secara alamiah. Mungkin karena dari kecil melihat orangtua buat gamelan, mendengarnya saat mencocokan nada. Jadi kemampuan itu tumbuh dengan alami secara turun menurun," ungkap Ketut Suena yang rambutnya sudah mulai memutih.
Tidak hanya di Bali, produk gamelan yang diproduksi Ketut Suena sudah melalang buana ke berbagai negara di dunia.
Tak jarang ia harus mengekspor perangkat gamelan Bali hingga ke Amerika Serikat, Rusia, Kanada, Belanda, Belgia, Swiss, Malaysia, dan Timor Leste
"Perangkat gamelan Bali sangat diminati di negara lain. Biasanya dibeli oleh musisi etnik atau kalangan bangsawan. Seni tabuh Bali juga sangat disegani di luar negeri sana," jelas Suena.
Aktif dalam Seni Tabuh
Aktivitas pembuatan perangkat gamelan sepertinya mendarah daging bagi warga di Banjar Tihingan.
Bahkan, pemuda setempat jarang yang merantau keluar desa untuk bekerja.
Mereka lebih memilih untuk melanjutkan aktivitas leluhur mereka sebagai pande yang khusus membuat gamelan
"Jarang pemuda di sini sampai kerja keluar desa. Mereka sebagian besar meneruskan tradisi leluhur untuk membuat gamelan," jelas Ketut Suena yang juga seorang tokoh seni di Banjar Tihingan.
Kadus Tihingan, Komang Gede Suyasa menjelaskan, jumlah penduduk di Banjar Tihingan keseluruhan mencapai 270 KK, dan sebagian besar penduduknya melakoni pekerjaan sebagai perajin gamelan.
Selain membuat gamelan, penduduk di Banjar Tihingan juga aktif dalam berkesenian, khususnya seni tabuh.
Paling terkenal adalah Sekaa Gong Ganda Loka Suara, Sanggar Tari dan Tabuh Panca Ulangun Santi.
"Termasuk seni tabuh sangat berkembang di sini. Organisasi lainnya pun sangat aktif di Banjar Tihingan," jelas Komang Gede Suyasa. (*)