Gusti Ayu Raka Rasmi Berpulang Dalam Kondisi Bahagia, Banyak yang Tak Percaya Kabar Ini

Rasa-rasanya baru 15 menit pergi, namun ibunya sudah kembali ke rumah. Ingin istirahat, begitulah alasan yang diungkapkan wanita 80 tahun itu.

Penulis: Ni Putu Diah paramitha ganeshwari | Editor: Ida Ayu Made Sadnyari
Tribun Bali/I Nyoman Mahayasa
Anak Agung Bagus Wirateja memegang foto almarhum I Gusti Ayu Raka Rasmi di rumah kediamanya di Puri Abiansemal, Badung, Rabu (18/4/2018). Maestro Oleg Tamulilingan itu meninggal, kemarin. 

“Ibu sempat mengeluh agak sesak. Kemudian setelah saya urut sedikit, katanya sudah baikan. Saya tinggalkan dia sebentar. Begitu saya kembali, beliau rupanya sudah pindah posisi ke kamar tidurnya. Saya memastikan beliau sudah tidur, namun tidak berani mengusiknya. Tidak lama, saya dan adik datang ke kamar Ibu. Saat itulah saya merasakan kondisinya yang sudah tidak biasa, badannya sudah terasa dingin. Tidak ada yang menyangka ibu akan berpulang secepat ini,” tuturnya.

Kabar berpulangnya I Gusti Ayu Raka Rasmi pun menyebar.

Menurut penuturan Bagus Wirateja, hampir tidak ada yang percaya akan kabar itu.

“Ibu selalu terlihat sehat, tidak ada sakit tertentu. Meskipun punya riwayat hipertensi, namun ia rutin minum obat. Pedagang di pasar pun dibuat kaget, sebab baru paginya mereka saling bertegur sapa,” ucapnya.

Meskipun berduka, namun keluarga berbesar hati menerima kepergian sang maestro.

Mereka percaya Raka Rasmi berpulang dalam kondisi bahagia dan tanpa penyesalan apapun.

Sebab, ia pergi dengan tenang, tanpa merasakan sakit atau menderita.

“Kami sekeluarga sudah ikhlas,” kata Anak Agung Ngurah Wirasila, putra pertama Raka Rasmi.

Hingga Rabu (18/4/2018) sore, jenazah Raka Rasmi masih dititipkan di Rumah Sakit Umum Kabupaten Badung Mangusada.

Menurut penuturan Ngurah Wirasila, jenazah belum bisa dibawa ke rumah duka, Jalan Cilinaya Abiansemal, sebab masyarakat tengah mempersiapkan upacara besar di Pura Dalem.

Pihak keluarga pun masih mendiskusikan perihal waktu yang tepat untuk upacara memukur.

“Semasa hidupnya, ibu sangat rajin ngayah. Beliau pun lebih mementingkan kepentingan desa daripada dirinya. Kami dan pihak desa masih berunding mengenai waktu dan cara terbaik untuk upacara terakhir ibu,” ucap Ngurah Wirasila.(*)

Sumber: Tribun Bali
Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved