Jual 30 Jenis Layang-Layang, Gusti Made Artika Raup Omzet Mencapai 5 Juta Sehari
Sebanyak 30 jenis layang-layang dijual Gusti Made Artika, salah satu diantaranya merupakan khas Bali
Penulis: Firizqi Irwan | Editor: Irma Budiarti
Laporan Wartawan Tribun Bali, Ahmad Firizqi Irwan
TRIBUN-BALI.COM, MANGUPURA - Sebanyak 30 jenis layang-layang dijual Gusti Made Artika, salah satu diantaranya merupakan khas Bali.
Berkunjung ke daerah Sempidi, Badung, Bali, pasti kita akan menjumpai ruko-ruko yang menjual aneka layangan.
Layang-layang yang dipajang seperti layang-layang kelelawar, burung hantu, cotek, kupu-kupu dan lain sebagainya.
Sebanyak 30 jenis layang-layang yang terbuat dari kain dan plastik ini dipajang, beberapa diantaranya merupakan khas Bali, seperti Bebean, Pecuk dan Janggar.
Namun yang paling diminati masyarakat yaitu layangan berjenis Bebean, karena mempunyai ciri khas yang berbeda dari pada lainnya.
Gusti Made Artika salah seorang pedagang layangan di Desa Sempidi, Badung, Bali mengatakan, yang menjadi ciri khas layang-layang Bali adalah bebean, pecuk dan janggar, namun yang sering dicari pembeli ialah jenis bebean.
"Iya khasnya kan, ya bebean, pecuk. Janggar juga masuk khas Bali. Tapi yang paling diminati ya, bebean itu dah," katanya.
Made Artika menjual layang-layang mulai dari harga Rp 4.000 sampai Rp 250.000 untuk kategori layang-layang standar, sedangkan untuk harga layang-layang variasi bergantung kerumitan pembuatannya.
"Kalau bebean ya lebih, sekitar 2 hari (pembuatan). Kalau yang besar, kalau yang kecil kan, bisa banyak," tambahnya.
Selain itu, Made Artika juga menjual tali senar dan peralatan tambahan yang digunakan untuk bermain layang-layang.
Dari keterangannya, omzet yang didapat dari hasil penjualan layang-layang ini bisa mencapai Rp 5 juta sehari bergantung pemborong atau pembeli. (*)