Ledakan Bom di Sidoarjo Suami Istri dan 1 Anak Tergeletak dalam Kamar, Saksi: Semua Bersimbah Darah

Ledakan terjadi di sekitar kawasan Rusunawa Sepanjang, Sidoarjo, sekitar pukul 21.15 WIB.

Editor: Ady Sucipto
Surya
Suasana rusun Wonocolo, Taman, Sidoarjo, Minggu (13/5/2018) malam. 

Tito menyatakan telah memberi tahu Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk mengadakan operasi terorisme bersama TNI. Operasi ini dilatarbelakangi aksi teror yang kian marak belakangan ini.

"Kami sudah laporan ke Bapak Presiden bahwa TNI, Polri, BIN (Badan Intelijen Negara) ini bergerak, dan kami akan merapatkan barisan, selain yang sudah kita tangkap semenjak dua hari yang lalu," kata Tito.

Sasaran operasi ini adalah sel-sel terorisme dari dua kelompok, yakni Jamaah Ansharut Daulah (JAD) dan Jamaah Ansharut Tauhid (JAT). Dua kelompok ini dinyatakan Kapolri memuat dukungan kepada ISIS.

"Kita akan melakukan penangkapan kepada kelompok-kelompok sel-sel dari JAD, JAT, maupun mereka yang diduga akan melakukan aksi," kata Tito.

Tantangan untuk mengungkap terorisme sampai ke akar-akarnya berasal dari para teroris atau calon teroris itu sendiri. Mereka sudah dilatih untuk bungkam dan punya kelihaian mengelabui aparat.

"Persoalannya memang mereka juga orang terlatih, mereka mengerti cara menghindari operasi intelijen, bagaimana menghindari komunikasi, bagaimana menghindari surveillance (aktivitas mata-mata), bagaimana meng-counter interogasi, mereka memiliki manual, mereka berlatih menghindari deteksi kita," kata dia.

Tito bisa mengetahui para teroris terlatih berdasarkan barang bukti yang didapat dari kasus teroris sebelumnya. Dalam penangkapan di kasus sebelumnya, polisi mendapatkan buku manual dan buku-buku pelatihan.

"Ini kita dapatkan dari buku-buku manual termasuk menghindari komunikasi. Jadi mereka berlatih melakukan pengembangan," ujarnya.

Tito meminta dukungan dari semua pihak agar aparat bisa memberantas terorisme. Namun dia menyatakan kelompok-kelompok teror di Indonesia tak terlalu berbahaya.

"Yang jelas kelompok ini tak terlalu besar. Ini hanya sel-sel kecil, mereka tidak akan bisa mengalahkan negara. Tidak mungkin mengalahkan TNI, Polri, dan kita semua. Kita harus bersatu padu, mohon dukungan agar kita bisa melakukan tindakan-tindakan," kata dia.

Kapolri juga meminta DPR RI mempercepat revisi UU Antiterorisme. Tujuannya agar Polri bisa lebih cepat menindak teroris. "Revisi jangan terlalu lama, sudah satu tahun lebih," katanya.

Kapolri menuturkan sejumlah pasal membuat Polri sulit bergerak. Ia mencontohkan teroris baru bisa ditindak jika sudah terbukti melakukan tindak teror.

"Kita tidak bisa melakukan apa-apa, hanya tujuh hari menahan mereka, meng-interview, setelah dilepas kita intai. Tapi setelah dilepas mereka kita intai juga menghindar," katanya.

Karena itu Tito berharap UU Antiterorisme segera diselesaikan. Kalau tak bisa diselesaikan dalam waktu dekat, ia berharap Presiden mengambil sikap.

"Undang-undang agar dilakukan cepat revisi, bila perlu Perppu dari Bapak Presiden, terima kasih," tandasnya.

Halaman
1234
Sumber: Surya
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved