Dharma Wacana
Makna Perlakuan Khusus Ari-ari Dalam Tradisi Hindu Bali
Bahkan di suatu tempat dianggap remeh-temeh, namun di Bali mendapat perlakuan khusus, yakni ari-ari atau plasenta,
Penulis: I Wayan Eri Gunarta | Editor: Ady Sucipto
Jika di Jawa, ari-ari, yeh nyom dan lainnya itu disebut kakak. Sementara di Bali, diyakini sebagai adik si bayi.
Begitu pentingnya peran ari-ari, yeh nyom dan lainnya itu dalam reinkarnasi leluhur, ada berbagai cara yang dilakukan oleh umat Hindu di Bali dalam menghormati ari-ari.
Seperti mengikatnya dalam suatu wadah yang sudah diupacarai, lalu digantung di pohon. Bahkan ada pula imbauan, ari-ari pada bayi jangan dipotong dulu, tetapi dipelihara sampai tiga hari, sehingga bayi menjadi kuat.
Namun, bagaimanapaun cara orangtua memperlakukan ari-ari, yeh nyom dan sebagainya, jika dia tidak menyanyangi anaknya, hal tersebut akan percuma.
Dalam Nitisastra VIII.3 yang disebut Panca Vida, dikatakan, ada lima kewajiban orangtua terhadap anaknya, yakni, Sang Ametwaken (melahirkan), Sang Nitya Maweh Bhinojana (memelihara), Sang Mangu Padyaya (menyekolahkan), Sang Anyangaskara (menyucikan) dan Sang Matulung Urip Rikalaning Baya (memberikan keamanan).
Hal inilah cara yang utama berbakti kepada leluhur, apalagi anak itu sampai sukses. (*)